108. MENJELANG SAKARATUL MAUT

108

Teks Hadits

يَا عَلِيُّ: إِذَا كَانَ الْإِنْسَانُ فِي سَكَرَاتِ الْمَوْتِ فَإِنَّ مَفَاصِلَهُ تُسَلَّمُ عَلَى بَعْضٍ تَقُوْلُ السَّلَامُ عَلَيْكِ فَإِنِّي مُتُّ وَكَذَا الشَّعَرَةُ الْبَيْضَاءُ عَلَى الشَّعَرَةِ السَّوْدَاءِ.

"Wahai Ali, ketika seseorang berada dalam sakaratul maut, maka sendi-sendinya saling memberi salam satu sama lain, dan mereka berkata, 'Salam untukmu, karena aku telah mati.' Begitu juga rambut putih kepada rambut hitam."

Makna Hadits

Hadits ini menggambarkan betapa sulitnya fase sakaratul maut, ketika seseorang mendekati ajalnya. Dalam keadaan ini, tubuh manusia, termasuk sendi dan rambut, seakan memiliki kesadaran untuk saling memberi salam satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa pada saat-saat terakhir, ada perasaan kehilangan dan perpisahan yang mendalam.


Hadirin Rahimakumullah

Allah Swt berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ

Artinya: "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan/ keberuntungan.

Ayat ini menerangkan bahwa kematian itu pasti datang kepada kita dan tidak ada jalan sedikitpun untuk menghindar dari kematian bila sudah sampai ajalnya.


Yang jadi permasalahan kita itu adalah ... ketika datang kematian itu  ... apakah kita dalam husnul khatimah atau su’ul khatimah.

Apakah kematian itu datang tatkala kita sedang sholat?

Apakah kematian itu datang tatkala kita sedang berzikir kepada Allah atau sebaliknya?

Kematian datang kepada kita maksiat kepada Allah? atau

Kematian datang kepada kita dan kita sudah murtad atau sedang menyekutukan Allah Swt?

Keadaan akhir hidup inilah yang kita tidak tahu...

 Maka inilah yang seharusnya selalu kita risaukan, kita khawatirkan dan selalu menjadi pikiran kita setiap waktu kita ... Dalam kondisi apa kita sudahi hidup kita di dunia ini ...


 Husnul Khotimah merupakan gerbang kebahagiaan dan su’ul khotimah gerbang kesengsaraan dan penderitaan ... dan kita belum tahu masuk gerbang mana kita akan menuju alam akhirat tersebut ...

 خوف الصالحين مِن سوء الخاتمة شديدًا؛ يقول أحدهم: "خوف الصالحين مِن سوء الخاتمة عند كل خَطْرَةٍ وحركة".


Hadirin rahimakumullah ...

Salah seorang sahabat Nabi yang bernama Abu darda pernah berkata :

 

أبو الدرداء قال و الله من امن من حسن الخاتمة مات على سوء الخاتمةو من امن من سوء الخاتمة مات على حسن الخاتمة

Abu darda bersumpah Demi Allah, siapa saja yang merasa aman akan mati dalam husnul khotimah maka ia akan mati su’ul khotimah dan siapa saja yang merasa aman akan mati dalam su’ul khotimah maka ia akan mati husnul khotimah.

Apabila kita khawatir akan mati su’ul khotimah dan kemudian ia menyiapkan agar mati dalam husnul khotimah maka ia akan mati husnul khotimah. Dan sebaliknya, jika ada orang yang sudah merasa aman dan yaqin akan mati dalam keadaan husnul khotimah maka ia akan mati dalam keadaan su’ul khotimah.

 

Yang merasa punya ilmu tinggi dan ma’rifat yang tinggi jangan merasa aman dari mati su’ul khotimah. Karena Al-Qur’an menceritakan dalam surat al-A’raf ayat 176  bagaimana seorang Bal’am bin Bauroh (بلعم بن بعورة) yang keilmuannya sangat tinggi tapi mati dalam keadaan su’ul khotimah.

Yang merasa punya amal banyak, tahajudnya setiap malam, sedekahnya setiap hari, maka jangan merasa aman daripada mati su’ul khotimah. Karena Allah mencontohkan ada seorang bernama BARSISA yang beribadah dengan cara berkholwat selama puluhan tahun. Tapi siapa sangka BARSISA mati dalam keadaan su’ul khotimah, menyembah Iblis dan mati tidak membawa iman.

Orang – orang yang merasa dekat dengan para ulama, dekat dengan waliyallah jangan merada aman dari pada mati su’ul khotimah. Diceritakan di dalam hadits bahwa seorang pembantu Nabi, pelayan Nabi, dekat sekali dengan Nabi yang KIRKIROH, siapa sangka dia mati dalam keadaan su’ul khotimah.

Jadi masalah mati dalam keadaan su’ul khotimah ini seharusnya menjadi masalah prioritas yang mesti dirisaukan dan dikhawatirkan karena ini menyangkut masa depan abadi di akhirat kelak.

Selama ini yang selalu kita khawatirkan setiap hari adalah rizki Allah kepada kita. Padahal Allah swt sudah berfirman :

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ

Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali).

Kalau khawatir saja tanpa ada usaha, maka itu di dalam agama dinamakan ghurur atau terpedaya. Contohnya kalau hari ini ada pengumuman dari PLN bahwa besok seharian mati lampu, maka ia akan mempersiapkan banyak hal. Isi toren air, beli lilin atau lampu darurat dan lain sebagainya.


Hadirin rahimakumullah ...

Macam-macam mati husnul khotimah itu ada 4 tingkatan :

Tingkatan pertama,  yaitu orang mati dalam keadaan beriman kepada Allah Swt. 

Tingkatan kedua adalah mati dalam keadaan mengucapkan kalimat thoyibah seperti mati dalam keadaan sholat, berzikir dan mengaji al-Qur’an.

Tingkatan ketiga, seseorang mati dalam keadaan jihad fi sabilillah, mati di medan perang, atau mati dalam keadaan sedang menuntut ilmu.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ خَرَجَ في طَلَبِ العِلْمِ فَهُوَ في سَبيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ». رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ،

Dan tingkatan yang keempat atau tingkatan yang tertinggi daripada husnul khotimah, yaitu jika seseorang mati dalam keadaan mengucap (لا إله إلا الله).

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة. رواه أبوداود

Barang siapa yang akhir perkataannya adalah (لا إله إلا الله) maka ia masuk surga.

Lalu bagaimana agar kita mati husnul khotimah?

Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita beberapa hal;

Yang pertama hendaknya ia sering  berdoa :

اللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِمَهُ وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيهِ

Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungnya, dan jadikan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan jadikan sebaik-baik hariku pada saat aku bertemu dengan-Mu (di hari kiamat). (HR Ibnu As-Sunni).

Ada orang yang jahatnya luar biasa saat hidup tapi sebelum mati ia bertaubat dan mati dalam keadaan husnul khotimah. Diceritakan bahwa ada seorang yang telah membunuh 100 orang dan kemudian beratubat kepada Allah dan mati dalam keadaan husnul khotimah sampai ruhnya di jemput oleh malaikat rahmat.

Ada lagi doa yang diajarkan Nabi Muhammad Saw :

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

"Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu."


Al-Qur’an juga mengajarkan kepada kita suatu doa agar kita mati husnul khotimah:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

Artinya: (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)".

Para wali dan para guru juga mengajarkan doa :

اَلـلَّهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ حُسْنَ الْخَاِتمَةَ، وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ سُوْءِ الْخَاتِمَةَ. يا الله بها يا الله بها ياالله بحسن الخاتمة.

Al-Qur’an mengajarkan doa, Nabi dan para wali mengajarkan doa agar mati dalam keadaan husnul khotimah, dan mereka bukan hanya mengajarkan tapi juga mengamalkan, maka kita jangan pernah menganggap remeh akan akhir hidup kita kelak. Karena banyak sekali yang mati dalam keadaan su’ul khotimah sebagaimana yang diceritakan oleh Imam Ahmad bin Athoillah Assakandari.

Bahwa ada seorang yang kerjaannya (نبش القبور) membongkar kubur. Setelah tidak ada orang maka dia akan menggali kuburan dan mengambil kain kafan untuk kemudian di jual kain kafan tersebut. Akhirnya ia bertaubat kepada Allah. Setelah bertaubat ia ditanya oleh sang imam, berapa banyak orang yang membelakangi kiblat saat engkau mengambil kain kafan tersebut. Ia bercerita dari ratusan orang atau bahkan ribuan orang yang telah ia gali, hanya 2 orang saja yang masih dalam posisi menghadap kiblat dan selebihnya sudah dalam posisi membelakangi kiblat yang berarti ini menandakan bahwa yang mati dalam keadaan su’ul khotimah lebih banyak daripada yang mati dalam keadaan husnul khatimah.

Hadirin rahimakumullah ...

Yang kedua yang harus kita pikirkan adalah masalah sakarotul maut.

Allah Swt berfirman :

وَجَآءَتْ سَكْرَةُ ٱلْمَوْتِ بِٱلْحَقِّ

Dan datanglah sakaratul maut dengan haq.

Yang menceritakan dahsyatnya sakarotul maut ini bukanlah orang yang sudah meninggal karena ia tidak balik lagi dari alam kubur, tapi yang menceritakan ada baginda nabi Muhammad Saw. Ia menceritakan bahwa :

Yang pertama: Orang yang sakaratul maut itu akan sakit tubuhnya

"Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang." (HR at-Tirmidzi)

Yang kedua: orang yang sakaratul maut itu akan sakit hatinya. Kenapa sakit hati? Karena ia meninggalkan anak, istri, rumah, jabatan, harta, duit yang akan dibagi bagi setelah ia meninggal dunia.

Maka shalat itu cerminan sakaratul maut. Kita perhatikan kemana fokus kita dalam shalat, apakah keperkerjaan kita, harta kita, keluarga kita atau Allah... Jika kepada Allah, maka insya Allah nanti saat sakartaul maut yang terbanyang hanya Allah Swt.

Yang ketiga, orang saat sakaratul maut akan menghadapi banyak godaan yang bisa membuat kita mati dalam keadaan tidak beriman dan keluar dari Islam.

Imam alghazali dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat :

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

Bahwa ketika ada orang yang sakaratul maut maka Iblis mengirim pasukan untuk mengeluarkan orang tersebut dari Islam. Pasukan-pasukan Iblis ini ada yang menyerupai orang yang biasa kita mintai pendapatnya saat masih hidup, seperti bapaknya, ibunya bahkan gurunya.

Kemudian dia akan berkata : “nak, saya ini sudah meninggal duluan, dan saya menyesal, ternyata agama Islam itu tidak benar, yang benar itu kristen, maka keluarlah dari Islam dan masuklah agama kristen”.

Kadang dia menyerupai guru, datang dengan menggunakan jubah dan lain sebagainya seolah olah merayu muridnya agar menyekutukan Allah. Maka orang yang kurang imannya pasti akan tergelincir keluar dari Islam.


Maka Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita :

Yang pertama agar mentalqin orang yang sedang sakaratul maut dengan perkataan (لا إله إلا الله) di telinganya agar ia dapat mempertahankan agama Islam di hatinya.

Dan orang yang ketika hidupnya sering berzikri (لا إله إلا الله) maka kata imam ghazali ketika menafsirkan وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً

Allah akan mengutus rahmah atau malaikat Jibril untuk mengusir para Iblis dan setan itu dan Jibril berkata kepada orang yang sakaratul maut itu agar tetap dalam agama tauhid.

Maka dari itu perbanyak zikir (لا إله إلا الله) jangan dihitung lagi. Minimal 100 x sehari terus

tambah setiap harinya, tambah 10 terus 20 dan seterusnya. 

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهَ فَهُوَ مَغْبُوْنَ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنَ (رواه الحاكم)

“Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.”


عن إبن عباس رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أخبرني جبريل أن لا إله إلا الله أنس للمسلم عند موته وفي قبره وحين يخرج من قبره.

Rasulullah Saw bersabda : saya dikabari Jibril bahwa (لا إله إلا الله) teman bagi seorang muslim ketika sakaratul maut, dan menjadi teman ketika di kuburan dan teman ketika dibagkitkan dari kuburan.

Yang kedua Rasulullah mengajarkan ketika sakaratul maut agar dibacakan surat yasin.

اقْرَؤُوا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ

“Bacalah surat Yasin di dekat orang-orang yang meninggal”

Karena ruh kita itu senang dengan Al-Qur’an, ruh kita itu senang dengan surah yasin, maka jika dibacakan pada orang yang sedang sakaratul maut, maka akan cepat keluar ruh tersebut.

Orang yang mati itu hakikatnya hanya ruh yang keluar dari badan. Dan kita hanya menyangka bahwa hanya yang masih hidup saja yang bisa mendoakan orang yang mati. Padahal orang yang mati itu juga bisa mendoakan orang yang masih hidup seperti almarhum saat ini yang sedang berbahagia karena sedang dikirimkan shodaqah dan doa dari keluarga besarnya. Sebagaimana hadits Nabi yang ditujukan kepada Sayyidina Ali dalam kitab wasiyatul Mustafa :

يَا عَلِيُّ، تَصَدَّقْ عَلَى مَوْتَاكَ فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ وَكَّلَ مَلَائِكَةً يَحْمِلُوْنَ صَدَقَاتِ الْأَحْيَاءِ إِلَيْهِمْ فَيَفْرَحُوْنَ بِهَا أَشَدَّ مَا كَانُوْا يَفْرَحُوْنَ فِي الدُّنْيَا وَيَقُوْلُوْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِمَنْ نَوَّرَ قَبْرَنَا وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ كَمَا بَشَّرَنَا بِهَا

“Wahai Ali, bersedekahlah engkau untuk orang-orang yang telah mati. Maka sesungguhnya Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk menyampaikan sedekahnya orang yang hidup kepada orang-orang yang telah mati. Sehingga orang-orang yang telah mati itu bahagia, bahkan lebih bahagia  daripada ketika di dunia. Dan orang-orang yang mati itu bedoa: “Ya Allah ampunilah untuk orang yang menerangi kubur kami dan berikanlah kebahagiaan padanya dengan surga seperti dia telah membahagiakan kami dengan sedekahnya."

Mudah-mudahan ketika kita hendak mati, ada orang sholeh yang mentalqin dan membacakan kita surah yasin bersama dengan keluarga dan anak keturunan kita.

Semoga kita diberikan taufik dan Hidayah agar bisa mendawamkan zikir (لا إله إلا الله).

Mudah-mudahan Almarhum senang dan bahagia di alam kubur sana dan keluarganya dapat meneruskan kebaikan-kebaikan almarhum selama hidupnya.

و العفو منكم

و السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Bukanlah syarat kematian harus sakit terlebih dahulu...

Bukan pula syarat kematian harus tua terlebih dahulu...

Masihkan anda yakin bahwa anda berumur panjang karena anda masih muda dan bertubuh sehat...??

penyair berkata:

تَزَوَّدْ مِنَ التَّقْوَى فَإِنَّكَ لاَ تَدْرِي*** إِذَا جَنَّ لَيْلٌ هَلْ تَعِيْشُ إِلَى الْفَجْرِ

Berbekallah ketakwaan karena sesungguhnya engkau tidak tahu…

Jika malam telah tiba apakah engkau masih bisa hidup hingga pagi hari

وَكَمْ مِنْ صَحِيْحٍ مَاتَ مِنْ غَيْرِ عِلَّةٍ *** وَكَمْ مِنْ عَلِيْلٍ عَاشَ حِيْناً مِنَ الدَّهْرِ

Betapa banyak orang yang sehat kemudian meninggal tanpa didahului sakit…

Dan betapa banyak orang yang sakit yang masih bisa hidup beberapa lama

فَكَمْ مِنْ فَتًى أَمْسَى وَأَصْبَحَ ضَاحِكًا *** وَقَدْ نُسِجَتْ أَكْفَانُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِي

Betapa banyak pemuda yang tertawa di pagi dan petang hari

Padahal kafan mereka sedang ditenun dalam keadaan mereka tidak sadar

وَكَمْ مِنْ صِغَارٍ يُرْتَجَى طُوْلُ عُمْرِهِمْ *** وَقَدْ أُدْخِلَتْ أَجْسَامُهُمْ ظُلْمَةَ الْقَبْرِ

Betapa banyak anak-anak yang diharapkan panjang umur…

Padahal tubuh mereka telah dimasukkan dalam kegelapan kuburan

وَكَمْ مِنْ عَرُوْسٍ زَيَّنُوْهَا لِزَوْجِهَا *** وَقَدْ قُبِضَتْ أَرْوَاحُهُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ

Betapa banyak mempelai wanita yang dirias untuk dipersembahkan kepada mempelai lelaki…

Padahal ruh mereka telah dicabut tatkala di malam lailatul qodar


Begini Gambaran Beratnya Proses Sakaratul Maut

Kematian adalah suatu hal yang pasti bagi setiap manusia. Dan sebelum kematian itu, ia akan mengalami yang namanya sakaratul maut, yaitu proses terpisahnya ruh dari jasad, yang digambarkan rasanya sangat sakit dan nyeri teramat sangat.  Bahkan disebutkan, sakaratul maut adalah ungkapan rasa sakit yang menyerang inti jiwa dan menjalar ke seluruh bagian jiwa sehingga tiada satu pun bagian jiwa yang terbebas dari rasa sakit tersebut. Dilansir dari NU Online, tak heran sakaratul maut menjadi sesuatu yang ditakuti dan dijauhi setiap makhluk yang bernyawa, sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Qur’an: Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya (QS Qaf [50]: 19).

Banyak ayat dan hadits yang menggambarkan betapa beratnya sakaratul maut, terutama yang dialami oleh hamba-hamba zalim dan ahli maksiat. Di antaranya adalah ayat: Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang zalim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukuli dengan tangannya (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu.” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya (QS Al-An‘am [6]: 93). Beratnya kematian juga tergambar dari perbincangan singkat antara Sayyidina Umar bin Khattab dengan Ka‘b. Pria yang tengah menjabat sebagai khalifah kedua itu bertanya, “Wahai Ka‘b, sampaikanlah kepadaku tentang maut.”

Ia menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, maut itu bagaikan sebuah pohon yang banyak durinya dimasukkan ke dalam perut ibnu Adam. Setiap duri memegang satu urat darinya. Kemudian ditarik sekaligus oleh seorang laki-laki yang sangat kuat. Maka terputuslah semua urat yang menyangkut pada duri. Tertinggallah urat-urat yang tersisa.” Kemudian, saat menghadapi sakaratul maut ‘Amr ibn Al-‘Ash pernah ditanya oleh putranya tentang gambaran kematian. Ia menjawab, “Demi Allah, dua sisi tubuhku seakan-akan berada dalam himpitan. Napasku seakan-akan keluar dari lubang jarum. Dan sebuah dahan berduri ditarik sekaligus dari ujung telapak kaki hingga ujung kepalaku.”

Beratnya kematian juga dirasakan oleh para nabi. Hanya saja menurut Al-Qurthubi, bagi mereka beratnya kematian memiliki dua keuntungan. Keuntungan pertama adalah menyempurnakan keutamaan mereka dan mengangkat derajat mereka. Dan beratnya kematian mereka bukan berarti sebuah kekurangan atau celaan. Sebab, manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang di bawah mereka. Keuntungan kedua adalah memberi tahu makhluk atau umat akan beratnya kematian. Mereka mungkin mengira bahwa kematian itu ringan. Namun, jika beratnya kematian disampaikan oleh para nabi, mereka sendiri merasakannya, padahal mereka adalah orang-orang mulia di sisi Allah, barulah umat akan memahaminya.  Hanya saja kematian para nabi dan umatnya ada perbedaan. Kematian para nabi tidak terjadi sebelum diberikan tawaran atau pilihan (Jami‘ al-‘Ulum wal-Hikam, jilid 38, halaman 32). Konon, pada zaman dahulu ada sekelompok bani Israil yang mendatangi kompleks pemakaman. Karena ingin mengetahui bagaimana rasanya kematian, mereka kemudian shalat dua rakaat dan berdoa kepada Allah agar ada seorang meninggal yang dihidupkan di tengah mereka, sehingga mereka bisa bertanya-tanya tentang kematian. Allah pun mengabulkan doa mereka.

Tak lama muncul seorang laki-laki dari sebuah kuburan. Namun yang keluar hanya kepalanya. Di antara kedua kepalanya terdapat bekas sujud. Pertanda laki-laki itu seorang ahli ibadah. Ia pun bertanya: “Wahai orang-orang, apa yang kalian inginkan dariku? Sungguh, aku telah meninggal seratus tahun yang lalu. Dan hingga kini panasnya kematian masih saja terasa dan belum hilang.” Demikian sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdu ibn Humaid dari Jabir ibn ‘Abdullah. Meski begitu, ada sebuah kabar gembira bagi orang-orang mukmin. Sebab, kematian mereka disaksikan dan disambut para malaikat yang bersiap akan membawa ruhnya dalam secarik kain sutera dari surga yang berisi minyak misik paling wangi.  Namun, seringan-ringannya sakaratul maut bagi seorang mukmin tetap dirasakan cukup berat. Hal itu tampak dari cucuran keringat di keningnya. Demikian seperti yang diungkapan dalam riwayat At-Tirmidzi dari Buraidah. Rasulullah saw. menyatakan:

الْمُؤْمِنُ يَمُوتُ بِعَرَقِ الْجَبِينِ

 Artinya: Orang mukmin itu meninggal dengan keringat di keningnya.  Keringat tersebut merupakan ungkapan dari beratnya kematian. Ada pula yang mengatakan sebagai tanda baik kematiannya.  Maka selayaknya kita semua mempersiapkan kematian dan sakaratul maut, di samping mempersiapkan bekal untuk kehidupan abadi pasca kematian. Sebab kita tidak tahu kapan datangnya kematian tersebut.



 

 

Lakukan 4 Hal Ini saat Menghadapi Orang Sakaratul Maut

Dr. Musthafa Al-Khin dalam kitabnya Al-Fiqhul Manhajî menyebutkan ada 4 (empat) hal yang semestinya dilakukan seseorang terhadap anggota keluarga yang sedang mengalami naza’ atau sakaratul maut. Keempat hal itu adalah: 

 Pertama, menidurmiringkan orang tersebut ke sisi badan sebelah kanan untuk menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Bila hal ini dirasa susah maka menelentangkannya dengan posisi kepala sedikit diangkat sehingga wajahnya menghadap ke kiblat. Demikian pula kedua ujung kakinya juga disunahkan untuk dihadapkan ke arah kiblat. 

Kedua, disunahkan mengajari (men-talqin) orang yang sedang sekarat kalimat syahadat yakni lâ ilâha illallâh dengan cara yang halus dan tidak memaksanya untuk ikut menirukan ucapan syahadat tersebut. Cukuplah mentalqin dengan mengulang-ulang memperdengarkan kalimat lâ ilâha illallâh di telinganya tanpa menyuruh untuk mengucapkannya.   Bedasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim

  لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ  

Artinya: “Ajarilah orang yang mau meninggal di antara kalian dengan kalimat lâ ilâha illallâh.”

Ketiga, disunahkan membacakan surat Yasin kepada orang yang sedang sekarat. Berdasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Hiban:  

اقرؤوا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس  

Artinya: “Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang sedang sekarat di antara kalian.”

Keempat, orang yang sedang mengalami sakit dan merasakan sudah adanya tanda-tanda kematian ia dianjurkan untuk berbaik sangka (husnu dhan) kepada Allah. Dalam keadaan seperti ini yang terbaik ia lakukan adalah membuang jauh-jauh bayangan dosa dan kemaksiatan yang telah ia perbuat. Sebaliknya ia dianjurkan untuk membayangkan bahwa Allah akan menerimanya dan mengampuni semua dosa-dosanya.   Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim  Allah berfirman:  

 أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي  

Artinya: “Aku bersama prasangka hamba-Ku kepadaku.”

Para ulama mengajarkan ketika seseorang dalam keadaan sehat maka rasa takutnya terhadap siksa Allah (khauf) dan harapannya terhadap rahmat Allah (rajâ) mesti seimbang ada di dalam dirinya. Ada yang mengatakan rasa takutnya harus lebih banyak dari pada harapannya. Namun ketika seseorang dalam keadaan sakit dan telah dekat kematiannya maka harapan pada rahmat Allah mesti harus lebih besar dari rasa takutnya atau bahkan hanya ada harapan saja di dalam dirinya kepada rahmat Allah. Ia mesti yakin bahwa Allah akan mengampuninya dan melimpahkan kasih sayang kepadanya.

 


AGAR DIMUDAHKAN SAAT SAKARATUL MAUT MENURUT SUNNAH


Diriwayatkan dalam kitab at-Turmudzi dan Sunan Ibn Majjah, dari Sayyidah ‘Aisyah radliallahu ‘anha, ia berkata, ”Saya melihat Rasulullah dalam sakitnya (menjelang kematian) mengambil wadah berisi air kemudian memasukkan tangan ke dalamnya, dan mengusapkan ke wajah seraya berdoa;

 اللهم أَعِنِّيْ عَلَى غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَسَكَرَاتِ الْمَوْتِ

Artinya: “Ya Allah tolonglah aku dalam menghadapi sakaratul maut”

Dalam hadits yang lain, sayyidah ‘Aisyah menceritakan, “(dalam sandaranku) saya mendengar Rasulullah membaca doa:

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَأَلْحِقْنِيْ بِالرَّفِيْقِ اْلأَعْلَى

Artinya: “Ya Allah, ampuni, rahmati, dan pertemukan aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi.”

Syekh Nawawi dalam kitab al-Adzkar, menambahkan, terdapat berbagai kebaikan yang bisa dilakukan seseorang menjelang ajalnya, yaitu;

Pertama, sunnah bagi orang yang sakit menjelang kematian memperbanyak syukur kepada Allah, baik dengan hati maupun lisannya. Meyakini bahwa waktu tersebut adalah akhir kehidupan di dunia, bersungguh-sungguh mempersiapkan diri di akhir kehidupannya dengan melakukan hal terbaik, menyegerakan pembebasan hak-hak adami (muamalah), seperti dalam hubungan keluarga, pertemanan, dan tetangga. 

Kedua, berwasiat kepada yang akan ditinggal terkait urusan anak-anaknya dan utang piutang. Ia juga harus berbaik sangka husnuzdzhan kepada Allah atas rahmat  kepadanya, rendah diri di hadapan Allah, dan berharap ampunan, kebaikan, serta kenikmatan hanya kepada Allah.

Ketiga, disunnahkan memperbanyak membaca atau mendengarkan bacaan al-Qur’an, hadits, kisah orang-orang saleh ketika meninggal dunia, menambah kebaikan setiap waktu, menjaga shalat, menjauhi najis, dan konsisten mengamalkan amalan agama lainnya. 

Keempat, berwasiat kepada keluarga agar sabar dengan penyakit yang diderita, sabar terhadap musibah, dan menjauhi tangisan yang dilarang agama, yakni meratap, merobek kantong, memukul pipi, dan sebagainya.  

 ولا بأس بالبكاء على الميت من غير نوح ولا شق جيب ولا ضرب خد

Artinya: "Tidak mengapa menangisi jenazah tanpa meratap, merobek kantong, dan memukul pipi."

Selain hal tersebut, orang yang menderita penyakit yang dimungkinkan menyebabkan kematian juga disunnahkan berwasiat kepada keluarga agar menyambung hubungan pertemanannya, dengan berdasarkan hadits nabi saw:

إن من أبر البر أن يصل الرجل أهل ود أبيه

Artinya: "Sesungguhnya sebaik-baik kebaikan adalah seorang laki-laki yang menyambung hubungan baik dengan teman-teman bapaknya."

Dikatakan juga dalam hadits Nabi saw:

 أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يكرم صواحبات خديجة رضي الله هنها بعد وفاتها

Artinya: "Sesungguhnya Rasulullah saw tetap memuliakan sahabat-sahabat Sayyidah Khadijah setelah wafatnya."  Kelima, jika sudah mendekati ajal, disunnahkan memperbanyak bacaan tahlil, laa ilaaha illallah. Merujuk hadits nabi dalam Sunan Abi Dawud dan lainnya:

 من كان أخر كلامه لااله الا الله دخل الجنة

Artinya: "Barangsiapa akhir perkataannya laa ilaaha illallah, maka ia akan masuk surga." Merujuk hadits-hadits lain riwayat Muslim, Sunan Abi Dawud dan lainnya:

   لقنوا موتاكم لااله الا الله

Artnya: "Ajarilah orang-orang yang menghadapi kematian agar melafalkan laa ilaaha illallah."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

86 للمرائي

106. CALON PENGHUNI SURGA

95. FADILAH SURAT AL-MULK