106. CALON PENGHUNI SURGA

106

 

يَا عَلِيُّ، سِتَّةُ مِنْ أُمَّتِي فِي الْجَنَّةِ: شَابٌ تَائِبٌ، وَمَنْ تَصَدَّقَ سِرًّا، وَمَنْ يُؤَدِّي صَلَاةَ الضُّحَى، وَمَنْ كَانَ ذَهَابُ مَالِهِ أَهْوَنَ عَلَيْهِ مِنْ فَوَاتِ صَلَاةٍ وَاحِدٍ مَعَ الْإِمَامِ، وَمَنْ دَمَعَتْ عَيْنَاهُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَمَنْ زَاحَمَ الْعُلَمَاءَ فِي مَجَالِسِهِمْ.

"Wahai Ali, enam dari umatku akan berada di surga: seorang pemuda yang bertobat, orang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, orang yang melaksanakan shalat Dhuha, orang yang menganggap kehilangan hartanya lebih ringan daripada kehilangan satu shalat bersama imam, orang yang meneteskan air mata karena takut kepada Allah, dan orang yang mendekati para ulama di majelis mereka."


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”


 

PEMUDA YANG BERTOBAT

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda;

مَا مِنْ شَيْءٍ أَحَبُّ إلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ شَابٍّ تَائِبٍ وَمَا مِنْ شَيْءٍ أَبْغَضُ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ شَيْخٍ مُقِيْمٍ عَلَى مَعَاصِيْهِ

Artinya; “Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah ta’ala dari pada pemuda yang taubat dan tidak adalah yang lebih dibenci Allah ta’ala dari pada orang tua yang selalu istiqamah pada kemaksiatan-kemaksiatannya.” 

Allah Swt berfirman :

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. Al-Baqarah: 222)

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai."(QS. At-Tahrim: 8)

Rasulullah bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

"Setiap anak Adam berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Allah berfirman: Surah Al-Furqan (25:70

 إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُوْلَـٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا.

        "Kecuali orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal shalih. Mereka akan masuk surga dan tidak akan dizhalimi sedikit pun." (QS. Al-Furqan: 70)

Rasulullah juga bersabda:

الَلَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلَاةٍ

"Sungguh, Allah lebih bergembira dengan taubat seorang hamba-Nya daripada kegembiraan seseorang yang menemukan kembali hewan tunggangannya yang hilang di padang pasir." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam kehidupan kita, mungkin seseorang melakukan dosa, baik kecil maupun besar. Namun, ketika ia menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan berusaha lebih baik, maka ia berada di jalan yang diridhai Allah. Bertaubat tidak hanya sebatas kata-kata, tetapi juga diikuti dengan tindakan nyata, seperti memperbanyak ibadah, meninggalkan perbuatan buruk, dan memperbaiki hubungan dengan orang lain.

Misalnya, seseorang yang pernah melakukan kesalahan dalam muamalah seperti mengambil hak orang lain secara tidak sah, bisa bertaubat dengan mengembalikan harta tersebut dan memohon maaf kepada orang yang dirugikan.

Pemuda yang Bertobat: Seorang pemuda yang sebelumnya terlibat dalam tindakan maksiat, setelah melihat teman-temannya beribadah dan melakukan kebaikan, memutuskan untuk bertaubat. Dia mulai beribadah, melaksanakan shalat, dan terlibat dalam kegiatan sosial. Ini mencerminkan sifat pemuda yang bertobat dan akan mendapatkan tempat di surga.

Kisah Seorang Pembunuh 100 Jiwa yang Bertaubat

Ada kisah terkenal dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang seorang laki-laki yang telah membunuh 100 orang, tetapi kemudian bertaubat. Ia bertanya kepada seorang alim apakah masih ada jalan taubat baginya. Setelah diberitahu bahwa Allah Maha Pengampun, ia meninggalkan tempatnya untuk bertaubat. Dalam perjalanan, ia wafat, dan karena kesungguhan niat taubatnya, Allah memasukkannya ke dalam surga.

Kisah ini menunjukkan bahwa taubat dapat menghapus dosa-dosa besar sekalipun, selama hamba tersebut benar-benar menyesali dan berniat untuk tidak mengulangi dosanya.

 

SEDEKAH SEMBUNYI-SEMBUNYI

 

Allah menyebutkan dalam Al-Quran bahwa sedekah yang diberikan secara tersembunyi lebih baik dalam menjaga hati dan niat yang murni:

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Baqarah: 271)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah menyebutkan tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat, di antaranya:

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ

"...dan seseorang yang bersedekah lalu ia merahasiakannya, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 134.

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

 

Kisah Para Sahabat yang Bersedekah Sembunyi-Sembunyi

Ada banyak kisah para sahabat yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi agar keikhlasannya tetap terjaga.

  • Kisah Abdullah bin Mas'ud: Diceritakan bahwa Abdullah bin Mas'ud biasa bersedekah secara diam-diam. Ketika beliau mengetahui adanya tetangganya yang kekurangan, ia memberikan bantuan tanpa sepengetahuan orang tersebut. Suatu hari, tetangga tersebut berdoa dan mendoakan seseorang yang membantunya, dan ia tidak mengetahui siapa yang memberi bantuan tersebut.
  • Kisah Ali bin Abi Thalib: Suatu hari, Ali bin Abi Thalib secara diam-diam memberikan roti kepada seorang yang membutuhkan. Beliau tidak ingin orang tersebut mengetahui bahwa beliaulah yang memberinya sedekah. Kebaikan Ali ini menunjukkan betapa mulianya sedekah yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, karena Allah-lah yang menjadi saksi dari niat ikhlas tersebut.

Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari, sedekah sembunyi-sembunyi bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti memberikan bantuan pada malam hari tanpa sepengetahuan penerima, mengirimkan paket sembako tanpa mencantumkan nama pemberi, atau memasukkan uang ke kotak amal secara diam-diam. Ini adalah cara untuk menjaga keikhlasan, agar hanya Allah yang mengetahui amal tersebut.

 

Shalat Dhuha

 

Meskipun Al-Quran tidak menyebutkan sholat Dhuha secara langsung, Surah Ad-Dhuha menyiratkan waktu dhuha sebagai waktu yang penuh keberkahan:

وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى

"Demi waktu matahari sepenggalahan naik (dhuha), dan demi malam apabila telah sunyi."(QS. Ad-Dhuha: 1-2)

Dalam hadits disebutkan: Shalat Dhuha adalah sunnah yang sangat dianjurkan. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: 

 يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: "صَلَاةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفُصُولُ" (رواه مسلم).

"Shalat yang dilakukan oleh orang yang selalu kembali (taubat) adalah ketika panasnya matahari mulai terik." (HR. Muslim)

Penghapus Dosa:

Hadits ini menunjukkan bahwa sholat Dhuha dua rakaat memiliki keutamaan besar dan dapat menggantikan sedekah untuk setiap sendi dalam tubuh kita.

Rasulullah bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

"Di pagi hari, pada setiap persendian salah seorang dari kalian terdapat sedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar makruf adalah sedekah, dan nahi mungkar adalah sedekah. Semua itu dapat digantikan dengan dua rakaat sholat Dhuha." (HR. Muslim)

Mendapat Kekayaan dan Keberkahan:

Rasulullah bersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تُعْجِزْنِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِي أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ

"Allah berfirman: 'Wahai anak Adam, janganlah engkau malas melaksanakan empat rakaat pada awal hari (yaitu sholat Dhuha), nanti akan Aku cukupkan kebutuhanmu hingga akhir harimu.'" (HR. Abu Dawud)

Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 134.

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Kisah Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah memberi wasiat kepadanya untuk melaksanakan tiga amalan: puasa tiga hari setiap bulan, sholat Dhuha dua rakaat, dan sholat witir sebelum tidur. (HR. Bukhari dan Muslim).

Contoh dalam Kehidupan Sehari-Hari

Di zaman sekarang, sholat Dhuha sering diamalkan oleh banyak kaum Muslimin sebagai bentuk ibadah sunnah yang membawa keberkahan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang mengamalkan sholat Dhuha merasakan manfaat berupa ketenangan hati, kemudahan dalam rezeki, dan perlindungan Allah dari berbagai kesulitan dalam sehari penuh. Misalnya, seseorang yang rutin melaksanakan sholat Dhuha merasa lebih tenang dan optimis menghadapi hari serta pekerjaan, karena mereka yakin Allah akan mencukupkan segala kebutuhan mereka.

 

Keutamaan Sholat dan Mengutamakan Akhirat

 

keutamaan seseorang yang lebih mementingkan sholat berjamaah dibandingkan urusan dunia, termasuk kerugian materi. Hadits ini menunjukkan besarnya pahala dan penghargaan dari Allah bagi orang yang rela melepaskan harta dunia demi sholat berjamaah.

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

"Katakanlah: 'Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.'" (QS. Al-An'am: 162)

Ayat ini mengingatkan bahwa semua aspek kehidupan seorang mukmin, termasuk sholat, harus didedikasikan untuk Allah, melebihi keinginan atau kepentingan duniawi.

Rasulullah sangat menekankan pentingnya sholat berjamaah, yang memiliki keutamaan besar, bahkan 27 kali lipat lebih utama dibandingkan sholat sendiri:

صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

"Sholat berjamaah lebih utama daripada sholat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat." (HR. Bukhari dan Muslim)


مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَاْلفَجْرَ فيِ جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ

“ Barangsiapa melaksanakan shalat Isya berjamaah maka ia mendapatkan pahala shalat setengah malam, dan barangsiapa melaksanakan shalat Isya dan Subuh dengan berjamaah maka ia mendapatkan pahala shalat satu


إِذَا قَالَ الْاءِمَامُ {غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَالضَّالِّيْنَ} فَقُلُوْا آمِيْنَ فَاءِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَاءِكَةِ غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Jika Imam membaca “Ghairil Maghdluubi Alaihim Wa la dldlaalliin” maka ucapkanlah “Aamiin” karena siapa yang ucapan aminnya bersamaan dengan aamiinnya Malaikat maka dosanya yang telah lalu akan diampuni._

HR. Bukhari No : 620, dari Sahabat Abi Hurairah , Nabi SAW Bersabda :

سَبْعَةٌ يُظِلهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ….

Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah SWT pada hari yang tidak ada naungan  kecuali naungan Nya, (salah satunya adalah)  “ Seorang laki-laki yang hatinya terpaut di masjid

  • Kisah Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu

Abdullah bin Umar dikenal sangat memprioritaskan sholat berjamaah. Diriwayatkan, pernah suatu kali ia tertinggal sholat berjamaah karena suatu urusan, lalu ia menyesal sangat mendalam dan berkata bahwa ia merasa lebih baik kehilangan hartanya dibandingkan kehilangan kesempatan sholat berjamaah.

  • Kisah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu

Suatu ketika, saat seorang sahabat kehilangan hartanya di pasar dan hendak melewatkan sholat jamaah untuk mengurusnya, Umar berkata kepadanya, “Lebih baik kau kehilangan hartamu daripada kehilangan sholat berjamaah.” Umar menekankan bahwa sholat berjamaah adalah kebutuhan rohani yang lebih berharga dan tak ternilai dibanding harta benda.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan pada pilihan antara mengejar kepentingan duniawi dan menghadiri sholat berjamaah, khususnya di masjid. Contoh orang yang selalu menjaga sholat berjamaah adalah mereka yang rela meninggalkan atau menunda pekerjaan dan peluang bisnis sementara demi memenuhi panggilan sholat. Dengan niat dan pengorbanan ini, Allah berjanji akan memberi keberkahan yang lebih besar dari apa yang kita tinggalkan demi-Nya.

Mengutamakan sholat berjamaah di atas urusan duniawi, termasuk harta, menunjukkan keimanan yang tinggi dan penghargaan terhadap nilai ibadah. Allah menjanjikan pahala yang besar, dan seringkali keberkahan dalam kehidupan mereka yang mengutamakan sholat jamaah di atas kepentingan lainnya.

 

KEUTAMAAN SESEORANG YANG MENANGIS KARENA TAKUT KEPADA ALLAH

Menangis karena takut kepada Allah merupakan tanda hati yang lembut dan penuh ketakwaan. Dalam Islam, hal ini sangat dianjurkan karena menunjukkan kedekatan seorang hamba dengan Allah serta kesadarannya akan keagungan dan kebesaran-Nya.

Allah menyebutkan sifat hamba-hamba-Nya yang saleh, yang memiliki rasa takut dan khusyuk yang mendalam, hingga mereka menangis ketika mengingat-Nya. Firman Allah:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah maka gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfal: 2)

Rasulullah menjelaskan keutamaan orang yang menangis karena takut kepada Allah dalam banyak hadits. Salah satunya adalah:

عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللهِ

“Dua mata yang tidak akan tersentuh api neraka: (1) mata yang menangis karena takut kepada Allah dan (2) mata yang berjaga di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi)

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ –وذكر منها- وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ » [أخرجه البخاري و مسلم]

 

Tujuh golongan yang akan Allah Subhanahu wa Ta’ala beri naungan dibawah naungan –Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan –Nya. –kemudian beliau menyebut salah satunya ialah- . “Dan seseorang yang bila mengingat –Allah Subhanahu wa Ta’ala sendirian air matanya mengalir (karena takut)”.  [HR Bukhari no: 1423. Muslim no: 1031].

 

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «لَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ قَطْرَتَيْنِ وَأَثَرَيْنِ قَطْرَةٌ مِنْ دُمُوعٍ فِي خَشْيَةِ اللَّهِ وَقَطْرَةُ دَمٍ تُهَرَاقُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَمَّا الْأَثَرَانِ فَأَثَرٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأَثَرٌ فِي فَرِيضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ » [أخرجه الترمذي]

 

Tidak ada sesuatu yang lebih Allah Subhanahu wa Ta’ala cintai dari dua tetesan serta dua bekas. Tetesan air mata dikarenakan takut kepada –Nya dan tetesan darah yang mengalir dijalan Allah. Adapun dua bekas itu, bekas yang ditinggalkan dijalan Allah, dan bekas kewajiban dari kewajiban-kewajiban Allah“.  [HR at-Tirmidzi no: 1669. Beliau berkata Hadits hasan gharib. Dinilai hasan oleh al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 2/133 no: 11363].

 

 

  • Kisah Umar bin Khattab

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu adalah seorang yang sangat kuat dan berwibawa, namun juga memiliki hati yang lembut dan penuh takut kepada Allah. Diriwayatkan bahwa beliau sering menangis ketika membaca atau mendengar ayat-ayat Al-Quran yang berisi peringatan tentang akhirat. Bahkan, bekas air mata beliau sering tampak di wajahnya. Umar berkata, “Seandainya aku mengetahui bahwa Allah telah menerima satu sujud atau satu sedekahku, aku lebih bahagia daripada seluruh isi dunia ini.”

 

 

Kiat dan Faktor untuk bisa Takut kepada Allah:

 

1. Mengingat kematian.

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ –يعني الموت- » [أخرجه الترمذي]

 

Perbanyaklah kalian untuk mengingat pemutus tali kenikmatan –yaitu kematian-“. [HR at-Tirmidzi no: 2307. Beliau berkata hadits hasan shahih gharib].

 

2. Membaca al-Qur’an seraya merenungi makna kandungannya, demikian pula mendengarkan bacaan al-Qur’an secara khusyu’.

 

 رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَفِي صَدْرِهِ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ الرَّحَى مِنْ الْبُكَاءِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  [أخرجه أبو داود]

 

Aku pernah melihat Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sholat dan terdengar dari dada beliau suara gemuruh karena menangis“. [HR Abu Dawud no: 904. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Abi Dawud 1/170 no: 799].

 

3. Ziarah kubur dan mengingat hari akhir.

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنه يرق القلب و تدمع العين و تذكر الآخرة و لا تقولوا هجرا » [أخرجه الحاكم]

 

Dulu aku pernah melarang kalian ziarah kubur, ketahuilah (sekarang) ziarahlah kekubur, sesungguhnya itu dapat melunakkan hati, menyebabkan air mata menetes, dan mengingatkan pada hari akhir, dan janganlah kalian berkata buruk“.

 

4. Melatih untuk menangis. Ini bukan menangis akan tetapi usaha untuk menjadi orang yang mudah menangis, tujuannya agar melatih hati menjadi lembut.

 

Kemungkinan faktor terbesar kenapa mata sulit untuk mengalirkan air mata dan susah menangis ketika takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah karena hatinya keras seperti batu. Dan tidak ada hukuman yang lebih besar bagi seorang hamba melainkan ketika hatinya mengeras seperti batu, bahkan tidaklah neraka diciptakan kecuali supaya hati ini bisa mencair, luluh karena khawatir dengannya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat mencela orang yang hatinya keras seperti batu, dalam firman –Nya menyebutkan:

فَوَيۡلٞ لِّلۡقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ ٢٢ [الزمر: 22]

Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. [az-Zumar/39: 22].

 

 

KEUTAMAAN BELAJAR DAN DUDUK BERSAMA PARA ULAMA

 

Dalam Islam, menuntut ilmu adalah salah satu aktivitas yang sangat dianjurkan, dan berada di majelis ilmu bersama para ulama merupakan salah satu cara untuk mendapatkan keberkahan dan pengetahuan.

Seorang pelajar yang selalu hadir dalam majelis ilmu, bertanya, dan mendengarkan nasihat dari para ulama. Ia berusaha untuk mendapatkan ilmu dan nasihat demi kebaikan hidupnya.

Salah satu ayat yang menunjukkan pentingnya menuntut ilmu adalah:

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

“Dan katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.’”
(QS. Taha: 114)

Ayat ini menunjukkan bahwa permohonan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat dianjurkan dalam Islam.

Terdapat hadits yang menyebutkan tentang keutamaan duduk di majelis ilmu dan bergaul dengan para ulama:

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِي مَنْ عِندَهُ

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, dan akan diliputi oleh rahmat, serta dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa majelis ilmu adalah tempat yang penuh berkah, di mana Allah menurunkan ketenangan dan rahmat-Nya.

  • Kisah Imam Al-Bukhari

Imam Al-Bukhari, seorang imam besar dalam ilmu hadits, dikenal sebagai sosok yang sangat menghargai ilmu dan majelis para ulama. Dalam pencarian ilmunya, beliau tidak segan-segan bepergian jauh hingga ke berbagai negara untuk mendapatkan ilmu dari para ulama. Dalam perjalanan ilmunya, beliau pernah berjumpa dengan ribuan guru dan menghabiskan banyak waktu dalam majelis ilmu. Dari sinilah beliau mengumpulkan hadits-hadits yang menjadi karya monumentalnya, Shahih Al-Bukhari.

  • Kisah Imam Ahmad bin Hanbal

Imam Ahmad bin Hanbal juga dikenal sebagai sosok yang sangat menghargai para ulama. Ketika beliau masih muda, beliau pergi ke Majelis Imam Syafi'i dan banyak mengambil pelajaran darinya. Beliau tidak hanya belajar ilmu tetapi juga melihat sikap dan akhlak para ulama, yang menginspirasi beliau untuk menjadi seorang yang berakhlak mulia dan rendah hati.

Menuntut ilmu di majelis para ulama adalah aktivitas yang sangat mulia dalam Islam. Dalam konteks ini, menyebutkan "وَمَنْ زَاحَمَ الْعُلَمَاءَ فِي مَجَالِسِهِمْ" mencerminkan kesungguhan seseorang dalam berusaha untuk mendapatkan ilmu, serta berupaya untuk berada di dekat para ulama. Keberadaan di majelis ilmu tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga mendatangkan rahmat dan berkah dari Allah. Semoga kita selalu bersemangat untuk belajar dan berada di majelis ilmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

86 للمرائي

95. FADILAH SURAT AL-MULK