89. وَلِلشَّقِيِّ
Teks Hadits
"يا
علي وللشقي ثلاث علامات: قوت الحرام، واجتناب العالم، وصلاته لوحده."
Terjemah Hadits
"Wahai Ali, orang yang celaka memiliki tiga tanda: makan dari
sumber yang haram, menjauhi ulama, dan shalat sendirian."
Kata "asy-syaqi" (الشقي) dalam bahasa Arab secara harfiah berarti
"orang yang celaka, sengsara, atau malang." Dalam konteks keagamaan
dan menurut para ulama, istilah ini digunakan untuk menggambarkan seseorang
yang hidupnya penuh kesengsaraan, baik di dunia maupun di akhirat, akibat dari
perbuatannya yang buruk dan penolakannya terhadap petunjuk Allah. Berikut
adalah beberapa penjelasan tentang makna "asy-syaqi" menurut para
ulama:
1. Definisi Asy-Syaqi dalam
Al-Qur'an dan Tafsirnya
- Al-Qur'an menggunakan kata “asy-syaqi” untuk
merujuk pada orang-orang yang tidak mendapatkan rahmat Allah dan akhirnya
berada dalam kesengsaraan di dunia maupun di akhirat. Contohnya dalam
Surah Hud (11:105):
- "يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ فَمِنْهُمْ
شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ"
- Artinya: "Pada hari
itu, tidak ada seorang pun yang berbicara kecuali dengan izin-Nya. Maka
di antara mereka ada yang celaka (syaqi) dan ada yang berbahagia
(sa'id)."
Ayat ini menunjukkan bahwa ada dua golongan
manusia: yang berbahagia karena ketaatannya dan yang celaka (asy-syaqi) karena
kedurhakaannya.
- Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa
"asy-syaqi" adalah orang yang tidak mendapat taufik dan hidayah
dari Allah untuk berbuat kebaikan dan menjauhi larangan-Nya. Mereka hidup
dalam kesengsaraan karena lebih memilih jalan yang salah daripada jalan kebenaran.
2. Penjelasan Imam
Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali menyatakan
bahwa "asy-syaqi" adalah seseorang yang hidupnya dihabiskan dalam
kemaksiatan dan dosa, serta hatinya terhalang dari mengenal Allah dan beramal
shaleh. Orang seperti ini adalah yang benar-benar malang karena hidupnya tidak
hanya penuh dengan kesengsaraan duniawi, tetapi juga akhirat.
Contoh:
- Seseorang yang terus-menerus melakukan
dosa besar, seperti syirik, zina, atau korupsi, tanpa ada niat untuk
bertaubat dan memperbaiki dirinya. Akibatnya, dia dijauhkan dari kebaikan,
hatinya keras, dan hidupnya menjadi gelap dan penuh kesengsaraan.
3. Penjelasan Ibnu Qayyim
Al-Jawziyah
Ibnu Qayyim Al-Jawziyah
menjelaskan bahwa "asy-syaqi" adalah orang yang mengalami
kesengsaraan di dunia dan akhirat karena hidupnya jauh dari hidayah dan rahmat
Allah. Mereka dijauhkan dari perbuatan baik dan lebih condong kepada perbuatan
buruk.
Contoh:
- Orang yang sombong dan tidak mau menerima
nasihat atau petunjuk, sehingga terus berada dalam kesesatan dan
keburukan. Misalnya, Firaun yang keras kepala dan menolak kebenaran yang
dibawa oleh Nabi Musa. Akibatnya, dia mengalami kesengsaraan duniawi (tenggelam
di laut) dan ancaman siksa di akhirat.
4. Penjelasan Al-Qurthubi
Imam Al-Qurthubi dalam
tafsirnya menjelaskan bahwa "asy-syaqi" adalah orang yang ditakdirkan
untuk mengalami kesengsaraan karena perbuatannya sendiri, yaitu dengan memilih
jalan kemaksiatan dan dosa. Mereka adalah orang-orang yang dijauhkan dari
rahmat Allah.
Contoh:
- Orang yang terus-menerus mengikuti hawa
nafsunya, seperti hidup dalam kekufuran, berfoya-foya dengan kemaksiatan,
dan mengabaikan perintah Allah. Akibatnya, mereka akan mengalami
kesengsaraan dalam hidupnya, baik secara fisik maupun batin, dan akan
menghadapi siksaan di akhirat.
Kesimpulan:
“Asy-syaqi” adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang yang hidupnya celaka atau
sengsara karena perbuatannya yang buruk, jauh dari ketaatan kepada Allah, dan
lebih memilih jalan yang salah daripada jalan kebenaran. Mereka tidak
mendapatkan hidayah dan rahmat Allah, sehingga hidupnya penuh dengan
penderitaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Contoh-Contoh Asy-Syaqi:
1. Orang yang Terus-Menerus
dalam Kemaksiatan: Seseorang yang selalu
melakukan dosa besar tanpa pernah bertaubat, seperti korupsi, zina, atau
meninggalkan shalat.
2. Penolak Kebenaran: Orang yang menolak kebenaran meskipun sudah jelas
baginya, seperti Firaun yang menolak dakwah Nabi Musa.
3. Orang yang Mengabaikan
Hak-Hak Allah dan Manusia: Seseorang
yang zalim, menindas orang lain, dan tidak peduli dengan perintah serta
larangan Allah.
Orang-orang yang disebut
"asy-syaqi" ini adalah mereka yang tidak hanya mengalami kesengsaraan
di dunia karena jauhnya mereka dari Allah, tetapi juga terancam siksa yang
pedih di akhirat kelak.
Hadits ini mengandung nasihat Nabi Muhammad SAW kepada Sayyidina
Ali RA tentang ciri-ciri orang yang celaka. Berikut syarah dari hadits tersebut
beserta dalil Al-Qur'an, hadits, dan perkataan ulama pada setiap bagiannya.
1. Makan dari Sumber yang Haram (قوت
الحرام)
Makna:
Kata "قوت الحرام" berarti makanan
atau rezeki yang diperoleh dari cara yang haram, seperti riba, pencurian,
penipuan, atau usaha yang tidak sesuai syariat Islam. Rezeki haram tidak hanya
membawa dampak negatif pada kehidupan di dunia, tetapi juga menodai hati dan menjauhkan
dari rahmat Allah SWT.
Dalil Al-Qur'an:
Allah SWT berfirman:
- "يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ"
- (Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil.")
— (QS. An-Nisa [4]: 29)
- "وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُ ۚ
- Artinya:
"Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa.")
— (QS. Al-Isra [17]: 34)
Dalil Hadits:
Rasulullah SAW bersabda:
- "كل لحم نبت من سحت فالنار أولى به."
- (Artinya:
"Setiap daging yang tumbuh dari (rezeki) yang haram, maka neraka
lebih pantas baginya.")
— (HR. Tirmidzi)
Perkataan Ulama:
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan, “Rezeki
yang haram, meskipun kelihatan membawa keuntungan, pada akhirnya akan merusak
hati dan menjauhkan seseorang dari cahaya iman. Maka jauhilah segala yang
haram, baik dalam makanan, minuman, maupun harta.”
2. Menjauhi Ulama (اجتناب العالم)
Makna:
Kata "اجتناب العالم"
berarti menjauhi para ulama atau ahli ilmu yang bisa memberikan petunjuk
kebenaran dan ilmu agama. Orang yang menjauhi ulama menunjukkan bahwa dia tidak
ingin menerima nasihat, bimbingan, dan ilmu yang dapat menuntunnya kepada
kebaikan. Ini adalah tanda kerusakan hati dan keengganan untuk mendekat kepada
hidayah.
Dalil Al-Qur'an:
Allah SWT berfirman:
- "فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ
لَا تَعْلَمُونَ"
- (Artinya:
"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui.")
— (QS. An-Nahl [16]: 43)
Ayat ini menunjukkan bahwa kita harus mendekati dan belajar dari
ulama untuk memahami ajaran agama dengan benar.
Dalil Hadits:
Rasulullah SAW bersabda:
- "إن الله لا يقبض العلم انتزاعًا ينتزعه من
العباد ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يُبْقِ عالمًا اتخذ الناس
رؤوسًا جهالاً فسُئِلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا."
- (Artinya:
"Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan sekali cabutan dari
hamba-hamba-Nya, tetapi Dia mencabut ilmu dengan mencabut nyawa para
ulama, sehingga ketika tidak tersisa ulama, orang-orang mengangkat
orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya dan mereka
berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka tersesat dan menyesatkan.")
— (HR. Bukhari dan Muslim)
Perkataan Ulama:
Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim berkata, “Menjauhi
ulama adalah tanda orang yang tidak mencari kebaikan bagi dirinya sendiri.
Sebab, ulama adalah pewaris para nabi, yang dengan ilmunya mengarahkan umat
kepada jalan yang lurus. Menjauhi ulama adalah awal dari kesesatan dan
kehancuran.”
3. Shalat Sendirian (صلاته لوحده)
Makna:
"صلاته لوحده" berarti
seseorang yang selalu shalat sendirian dan meninggalkan shalat berjamaah tanpa
uzur syar’i. Shalat berjamaah memiliki keutamaan besar dalam Islam dan
meninggalkannya secara terus-menerus bisa menjadi tanda kemalasan atau
meremehkan kewajiban agama.
Dalil Al-Qur'an:
Allah SWT berfirman:
- "وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ"
- (Artinya:
"Dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.")
— (QS. Al-Baqarah [2]: 43)
Ayat ini menunjukkan perintah untuk melaksanakan shalat berjamaah
bersama orang-orang yang beriman.
Dalil Hadits:
Rasulullah SAW bersabda:
- "صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ
الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً."
- (Artinya:
"Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua
puluh tujuh derajat.")
— (HR. Bukhari dan Muslim) - Rasulullah
SAW juga bersabda:
"لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ رِجَالِي
فَيَجْمَعُوا حَطَبًا، ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَيُؤَذِّنَ لَهَا، ثُمَّ آمُرَ
رَجُلًا فَيَؤُمَّ النَّاسَ، ثُمَّ أُخَالِفُ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ
عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ، وَاللَّهِ لَوْلَا مَا فِي الْبُيُوتِ مِنَ
النِّسَاءِ وَالذُّرِّيَّةِ لَصَلَّيْتُ الْعِشَاءَ فِي الْجَمَاعَةِ."
- (Artinya:
"Aku hampir saja memerintahkan seseorang untuk mengumpulkan kayu
bakar, kemudian aku memerintahkan (muazin) untuk azan, lalu aku
memerintahkan seseorang untuk mengimami orang-orang (dalam shalat),
kemudian aku pergi ke rumah-rumah orang yang tidak ikut shalat
Teks Hadits dengan Harakat:
يَا
عَلِيُّ، وَلِلشَّقِيِّ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ: قُوتٌ حَرَامٌ، وَاجْتِنَابُ
الْعُلَمَاءِ، وَصَلَاةٌ لِوَحْدِهِ.
Terjemahan Hadits:
"Wahai Ali, orang yang celaka (syaki) memiliki tiga tanda: (1)
makan dari yang haram, (2) menghindari para ulama, dan (3) shalat
sendirian."
Penjelasan Hadits:
Hadits ini menjelaskan tentang sifat-sifat orang yang celaka atau
terpuruk dalam kehidupan dunia dan akhirat. Ketiga tanda ini menggambarkan
tindakan yang menjauhkan seseorang dari rahmat Allah dan menyebabkan kehidupan
yang penuh dengan kesengsaraan. Berikut penjelasan dari masing-masing tanda
tersebut:
1. Makan dari yang Haram (قُوتٌ حَرَامٌ):
o Makanan yang haram, baik dari segi substansi maupun cara
mendapatkannya, sangat berbahaya bagi jiwa dan kehidupan seseorang. Makan dari
yang haram tidak hanya merusak fisik, tetapi juga spiritualitas seseorang.
Makanan haram mempengaruhi keimanan dan amal ibadah, serta menjadi penghalang
bagi doa-doa untuk dikabulkan. Orang yang membiasakan diri mengonsumsi yang
haram biasanya mengalami kesulitan dalam hidup dan jauh dari keberkahan Allah.
2. Menghindari Para Ulama (وَاجْتِنَابُ
الْعُلَمَاءِ):
o Menghindari para ulama berarti menghindari ilmu dan bimbingan yang
benar dalam agama. Ulama adalah pewaris para nabi, yang tugasnya membimbing
umat menuju jalan yang benar. Orang yang tidak suka mendekati ulama, atau
bahkan menjauhi mereka, biasanya adalah orang yang tidak ingin mendengar
kebenaran atau tidak ingin diingatkan akan kewajiban-kewajiban agama. Ini
adalah tanda kesengsaraan karena ilmu agama adalah cahaya yang menerangi jalan
hidup manusia.
3. Shalat Sendirian (وَصَلَاةٌ لِوَحْدِهِ):
o Shalat sendirian, khususnya shalat yang seharusnya dilakukan
berjamaah, adalah tanda kelemahan iman dan keterputusan dari komunitas Muslim.
Shalat berjamaah memiliki banyak keutamaan, termasuk memperkuat ukhuwah
Islamiyah dan meraih pahala yang lebih besar. Orang yang sering shalat
sendirian, padahal ada kesempatan untuk berjamaah, menunjukkan kurangnya
perhatian terhadap sunnah Nabi dan tanda bahwa ia lebih memilih kesendirian
dalam ibadah, yang bisa berujung pada kesengsaraan spiritual.
Teks Hadits dengan Harakat:
يَا
عَلِيُّ، وَلِلْمُجْرِمِ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ: حُبُّ الْفَسَادِ، ضَرُّ الْعِبَادِ،
وَاجْتِنَابُ الرَّشَادِ.
Terjemahan Hadits:
"Wahai Ali, orang yang berdosa (mujrim) memiliki tiga tanda:
(1) mencintai kerusakan, (2) menyakiti hamba-hamba Allah, dan (3) menghindari
petunjuk yang benar."
Penjelasan Hadits:
1. Mencintai Kerusakan (حُبُّ الْفَسَادِ):
o Orang yang mencintai kerusakan memiliki kecenderungan untuk
melakukan perbuatan yang merusak, baik itu merusak diri sendiri, lingkungan,
maupun masyarakat. Kerusakan ini bisa berupa tindakan yang melanggar hukum
agama, sosial, atau merugikan kepentingan umum. Mencintai kerusakan menunjukkan
hati yang telah terpengaruh oleh keburukan, dan ini adalah sifat yang sangat
tercela dalam Islam.
2. Menyakiti Hamba-Hamba Allah (ضَرُّ
الْعِبَادِ):
o Menyakiti orang lain, baik secara fisik, verbal, maupun emosional,
adalah tanda lain dari orang yang berdosa. Islam sangat menekankan pentingnya
menjaga hak-hak dan kehormatan orang lain. Orang yang suka menyakiti orang lain
berarti tidak menghormati ciptaan Allah dan melanggar prinsip-prinsip dasar
keadilan dan kasih sayang dalam Islam.
3. Menghindari Petunjuk yang Benar (وَاجْتِنَابُ
الرَّشَادِ):
o Menghindari petunjuk yang benar berarti mengabaikan nasihat,
bimbingan, atau ajaran yang membawa kepada kebenaran dan kebaikan. Orang yang
enggan menerima petunjuk biasanya keras hati dan sombong, serta lebih suka
mengikuti hawa nafsu yang menjerumuskannya ke dalam kesesatan. Ini adalah tanda
orang yang menolak kebenaran dan memilih jalan yang salah.
Komentar
Posting Komentar