88. وَلِلْمَخْذُولِ

يا علي للمخذول ثلاث علامات: كثرة الكذب، وكثرة الأيمان الفاجرة، وكثرة الحوائج إلى الناس."

"Wahai Ali, orang yang tertimpa kehinaan (yang ditinggalkan oleh Allah) memiliki tiga tanda: banyak berbohong, banyak bersumpah palsu, dan banyak meminta-minta kepada manusia."

 

 

Istilah "al-makhzûl" (المخذول) secara bahasa berarti "orang yang ditinggalkan, dibiarkan, atau dicampakkan." Dalam konteks keagamaan Islam, istilah ini merujuk pada seseorang yang ditinggalkan atau tidak mendapatkan pertolongan dan bimbingan dari Allah dalam melakukan kebaikan. Orang ini dibiarkan mengikuti hawa nafsunya dan akhirnya jatuh dalam kesesatan dan keburukan. Berikut penjelasan dari beberapa ulama terkait makna "al-makhzul":

1. Definisi Umum Menurut Ulama

Para ulama sepakat bahwa "al-makhzul" adalah seseorang yang tidak mendapatkan pertolongan (taufik) dari Allah untuk melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan. Ini adalah kondisi yang sangat buruk, karena orang tersebut dibiarkan oleh Allah untuk terjerumus ke dalam dosa dan kesalahan tanpa ada bantuan untuk kembali ke jalan yang benar.

Contoh:

  • Seseorang yang terus-menerus melakukan dosa dan maksiat tanpa merasa bersalah dan tanpa keinginan untuk bertaubat. Misalnya, seseorang yang tenggelam dalam kebiasaan berjudi, minum minuman keras, atau berbuat zalim tanpa ada kesadaran untuk berhenti atau bertaubat.

2. Penjelasan Ibnu Qayyim Al-Jawziyah

Ibnu Qayyim Al-Jawziyah dalam kitabnya menjelaskan bahwa "al-makhzul" adalah orang yang ditinggalkan Allah karena kekufuran, kemaksiatan, atau penolakannya terhadap kebenaran. Allah tidak memberikan taufik (pertolongan) kepadanya untuk berbuat baik. Kondisi ini adalah akibat dari pilihan buruk orang tersebut yang terus-menerus menentang perintah Allah dan mengikuti hawa nafsu.

Contoh:

  • Orang yang menolak kebenaran meskipun sudah jelas baginya, seperti kaum kafir Quraisy yang menolak dakwah Nabi Muhammad meskipun mengetahui kebenaran ajarannya.

3. Penjelasan Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa "al-makhzul" adalah orang yang Allah biarkan dalam kesesatannya karena keengganannya untuk mencari kebenaran dan memperbaiki diri. Orang ini tidak memiliki niat untuk bertaubat dan tidak mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Akibatnya, Allah membiarkannya tenggelam dalam kesesatan dan dosa.

Contoh:

  • Seseorang yang mengetahui ajaran Islam tetapi memilih untuk tidak mengamalkannya, bahkan cenderung mencemooh atau meremehkan ajaran tersebut. Orang ini dibiarkan Allah dalam kebingungan dan kesesatan.

4. Penjelasan Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa "al-makhzul" adalah orang yang tidak mendapatkan petunjuk dan bantuan dari Allah untuk melaksanakan perintah-Nya. Mereka ini adalah orang-orang yang dibiarkan dalam kesesatan akibat dari perbuatan buruk dan dosa-dosanya sendiri. Mereka tidak diberi kemampuan untuk berbuat baik atau meninggalkan kejahatan.

Contoh:

  • Seseorang yang dengan sengaja terus-menerus mengulangi perbuatan dosa seperti mencuri, berzina, atau berbohong tanpa ada keinginan sedikit pun untuk memperbaiki diri atau bertaubat.

5. Al-Qur’an dan Hadits

Konsep "al-makhzul" dapat ditemukan dalam beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits yang menggambarkan orang-orang yang dibiarkan oleh Allah karena pilihan mereka sendiri untuk menolak kebenaran.

  • Al-Qur'an Surah Al-An’am (6:110):
    • "وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ"
    • Artinya: "Dan Kami balik-balikan hati dan penglihatan mereka sebagaimana mereka tidak beriman kepadanya pada permulaan, dan Kami biarkan mereka bingung dalam kesesatan mereka."

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah membiarkan orang-orang yang menolak kebenaran tetap dalam kesesatan mereka sebagai akibat dari pilihan buruk mereka sendiri.

  • Hadits Nabi Muhammad SAW:
    • "إن الله تعالى قال: من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم"
    • Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman: Barangsiapa yang mengamalkan apa yang dia ketahui, Allah akan mewariskan kepadanya ilmu tentang apa yang belum dia ketahui.” (HR. Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah).

Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang mengamalkan ilmunya akan ditolong dan diberi tambahan ilmu oleh Allah. Sebaliknya, orang yang tidak mengamalkan ilmunya akan ditinggalkan (al-makhzul).

Kesimpulan:

"Al-makhzul" adalah istilah yang merujuk pada orang yang ditinggalkan oleh Allah tanpa pertolongan dan bimbingan untuk melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan. Ini terjadi karena orang tersebut dengan sengaja memilih untuk berbuat dosa, menolak kebenaran, dan terus-menerus mengikuti hawa nafsunya. Akibatnya, mereka terjerumus dalam kesesatan dan tidak mendapatkan hidayah dari Allah.

Contoh Orang yang Makhzul:

1.  Pendosa yang Tak Mau Bertaubat: Seseorang yang terus-menerus melakukan dosa besar seperti syirik atau zina tanpa ada keinginan untuk berhenti dan bertaubat.

2.  Penolak Kebenaran: Seseorang yang menolak kebenaran dan bimbingan meskipun sudah jelas baginya, seperti kaum Quraisy yang menolak dakwah Rasulullah.

3.  Orang yang Keras Hatinya: Seseorang yang menolak nasihat dan ajakan kebaikan dari orang lain serta menutup hatinya dari petunjuk Allah.

 

            

 

 

1. Kehinaan (المخذول)

Makna:

Kata "المخذول" secara harfiah berarti orang yang ditinggalkan atau tidak mendapatkan pertolongan. Dalam konteks agama, hal ini merujuk pada orang yang dijauhkan dari rahmat Allah dan tidak mendapat bimbingan-Nya sehingga jatuh ke dalam keburukan dan kehinaan.

Dalil Al-Qur'an:

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

 

  • "وَمَن يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِمٍ ۚ"

(Artinya: "Barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak ada seorangpun yang dapat memuliakannya.") — (QS. Al-Hajj [22]: 18)

 

Perkataan Ulama:

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata, “Kehinaan itu adalah ketika seorang hamba dijauhkan dari jalan hidayah dan kebaikan, sehingga dia terus-menerus berada dalam kesesatan dan dosa.”

 

2. Banyak Berbohong (كثرة الكذب)

Makna:

Bohong atau dusta adalah berkata sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Orang yang terbiasa berbohong adalah orang yang tidak memiliki integritas dan tidak dapat dipercaya.

Dalil Al-Qur'an:

Allah berfirman:

  • "إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ"

(Artinya: "Hanya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah saja yang mengada-adakan kebohongan, dan mereka itulah orang-orang pendusta.")
— (QS. An-Nahl [16]: 105)

Dalil Hadits:

Rasulullah SAW bersabda:

  • "إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ"

(Artinya: "Jauhilah berbohong, karena berbohong membawa kepada kefasikan, dan kefasikan membawa kepada neraka.")
— (HR. Muslim)

 

Perkataan Ulama:

Imam Ghazali berkata dalam kitabnya Ihya Ulumuddin: “Berbohong adalah kebiasaan yang tercela, karena itu menutupi kebenaran dan menipu orang lain. Orang yang terbiasa berbohong akan terjerumus dalam kebiasaan buruk lainnya.”

 

3. Banyak Bersumpah Palsu (كثرة الايمان الفاجرة)

Makna:

Bersumpah palsu adalah bersumpah dengan nama Allah untuk kebohongan atau sesuatu yang batil. Hal ini merupakan tindakan yang sangat dilarang dalam Islam karena merupakan bentuk pelecehan terhadap nama Allah.

 

Dalil Al-Qur'an:

Allah berfirman:

  • "وَلَا تَجْعَلُوا اللَّهَ عُرْضَةً لِّأَيْمَانِكُمْ أَن تَبَرُّوا وَتَتَّقُوا وَتُصْلِحُوا بَيْنَ النَّاسِ ۗ"
    (Artinya: "Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa, dan mengadakan ishlah di antara manusia.")
    — (QS. Al-Baqarah [2]: 224)

Dalil Hadits:

Rasulullah SAW bersabda:

 

"ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: رَجُلٌ عَلَى حَاجَتِهِ يَحْلِفُ كَاذِبًا، وَرَجُلٌ بَاعَ إِمَامًا فَغَشَّهُ، وَرَجُلٌ نَفَقَ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ."

(Artinya: "Ada tiga orang yang Allah tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat: seorang yang bersumpah palsu untuk memenuhi kebutuhannya, seorang yang berjual beli lalu menipu pemimpin, dan seorang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.") — (HR. Muslim)

 

Perkataan Ulama:

Imam Nawawi berkata dalam Syarah Shahih Muslim, “Bersumpah palsu adalah tindakan yang sangat hina karena menggunakan nama Allah untuk mendukung kebatilan dan kebohongan. Ini adalah tanda lemahnya iman dan rusaknya hati.”

 

4. Banyak Meminta kepada Manusia (كثرة الحوائج إلى الناس)

Makna:

Orang yang banyak meminta-minta kepada manusia menunjukkan sifat tamak dan bergantung kepada selain Allah. Ini menunjukkan kurangnya tawakkal dan rasa qana’ah (cukup) dalam diri seseorang.

Dalil Al-Qur'an:

Allah berfirman:

  • "وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ"
    (Artinya: "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.")
    — (QS. At-Talaq [65]: 2-3)

 

Dalil Hadits:

Rasulullah SAW bersabda:

"الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى"

(Artinya: "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.")
— (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Perkataan Ulama:

Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam kitab Jami’ al-Ulum wa al-Hikam berkata, “Meminta-minta kepada manusia adalah tanda lemahnya iman dan kurangnya tawakal kepada Allah. Seharusnya seorang Muslim hanya meminta kepada Allah dan berusaha dengan jerih payahnya sendiri.”

 

Kesimpulan

Hadits ini memberikan pelajaran bahwa orang yang ditinggalkan oleh Allah dan berada dalam kehinaan memiliki tiga tanda utama: banyak berbohong, banyak bersumpah palsu, dan banyak meminta-minta kepada manusia. Ini semua adalah tanda-tanda orang yang kehilangan rasa takut kepada Allah dan terjerumus dalam keburukan. Semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat tersebut dan senantiasa mendapat hidayah dan pertolongan Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

86 للمرائي

106. CALON PENGHUNI SURGA

95. FADILAH SURAT AL-MULK