87. وَلِلْأَحْمَقِ
Teks Hadits dengan Harakat:
يَا عَلِيُّ، وَلِلْأَحْمَقِ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ: التَّهَاوُنُ فِي فَرَائِضِ اللَّهِ، كَثْرَةُ الْكَلَامِ فِي غَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ، وَالطَّعْنُ فِي اللَّهِ.
Terjemahan Hadits:
"Wahai Ali, orang yang bodoh (ahmaq) memiliki tiga tanda: (1) meremehkan kewajiban yang diperintahkan Allah, (2) banyak berbicara dalam hal yang tidak berhubungan dengan dzikir kepada Allah, dan (3) mencela (meragukan) Allah."
Penjelasan Hadits:
Hadits ini berbicara tentang sifat-sifat yang menjadi tanda kebodohan (ahmaq) dalam pandangan Islam. Kebodohan di sini bukan dalam arti ketidakmampuan intelektual, tetapi lebih kepada ketidakpedulian atau kelalaian terhadap ajaran agama. Berikut adalah penjelasan dari tiga tanda tersebut:
1. Meremehkan Kewajiban yang Diperintahkan Allah (التَّهَاوُنُ فِي فَرَائِضِ اللَّهِ):
o Orang yang bodoh menurut hadits ini adalah mereka yang meremehkan kewajiban-kewajiban agama, seperti shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya yang diperintahkan oleh Allah. Meremehkan di sini bisa berarti melalaikan, mengabaikan, atau tidak melaksanakan dengan serius. Ini menunjukkan kurangnya kesadaran akan pentingnya perintah Allah dan rendahnya tingkat keimanan.
2. Banyak Berbicara dalam Hal yang Tidak Berhubungan dengan Dzikir kepada Allah (كَثْرَةُ الْكَلَامِ فِي غَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ):
o Tanda kedua adalah kecenderungan untuk banyak berbicara dalam hal-hal yang tidak ada manfaatnya dan tidak ada hubungannya dengan dzikir atau mengingat Allah. Orang yang banyak bicara tanpa tujuan yang baik sering kali terjebak dalam dosa seperti gosip, fitnah, dan pembicaraan sia-sia. Ini menunjukkan kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga lisan dan berbicara hanya dalam hal-hal yang bermanfaat.
3. Mencela (Meragukan) Allah (الطَّعْنُ فِي اللَّهِ):
o Tanda ketiga adalah mencela atau meragukan Allah, yang bisa berarti meragukan kebijaksanaan-Nya, keadilan-Nya, atau meragukan kebenaran ajaran-Nya. Ini adalah tanda ketidakberdayaan iman dan kepercayaan kepada Allah. Mencela Allah adalah dosa besar dan menunjukkan keraguan yang mendalam dalam keimanan seseorang.
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
Terjemahan: "Orang yang cerdas adalah orang yang menilai dirinya sendiri dan beramal untuk kehidupan setelah mati."
Penjelasan Hadits
Hadits ini menjelaskan karakteristik dari orang yang dianggap pintar atau cerdas menurut ajaran Islam. Berikut adalah penjelasan detailnya:
1. Menilai Diri Sendiri (Tafaqquh Nafs):
o Makna: Menilai diri sendiri berarti melakukan introspeksi atau refleksi terhadap tindakan, niat, dan kondisi diri sendiri. Ini termasuk mengukur sejauh mana kita sudah memenuhi kewajiban agama dan apakah kita telah menghindari perbuatan dosa.
o Tujuan: Dengan menilai diri sendiri, seseorang dapat memperbaiki kesalahan, meningkatkan kualitas ibadah, dan memperbaiki hubungan dengan Allah. Ini juga membantu dalam meningkatkan kesadaran diri dan bertindak dengan lebih bijaksana.
2. Beramal untuk Kehidupan Setelah Mati:
o Makna: Beramal untuk kehidupan setelah mati berarti melakukan amal soleh yang akan mendatangkan pahala dan manfaat di akhirat. Ini termasuk ibadah, sedekah, amal kebaikan, dan segala bentuk tindakan yang mendapatkan keridhaan Allah.
o Tujuan: Amal yang dilakukan untuk akhirat adalah investasi spiritual yang akan memberikan hasil di kehidupan selanjutnya. Fokus pada kehidupan setelah mati menunjukkan kesadaran akan kehidupan yang abadi dan upaya untuk mempersiapkannya dengan baik.
1. Orang yang cerdas
Rasulullah Saw bersabda:
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْتِ
”Orang yang cerdas adalah yang orang yang selalu menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal (kebaikan di dunia ini) untuk kehidupan sesudah kematian (kehidupan akhirat) (HR. Ahmad).
Dalam Islam, orang yang berilmu itu atau orang yang cerdas adalah orang yang menjadikan dunia ini sebagai ladang akhirat (الدنيا مزرعة الآخرة). Tempat menanam amal sholeh dan kebaikan untuk dipanen di akhirat.
Contohnya adalah
bekal selama di kuburan
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ إِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلأَّ مِنْ ثَلاَثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ.
“Apabila manusia mati maka amalnya terputus kecuali meninggalkan tiga hal : sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak sholih yang senantiasa mendoakannya.”
Contohnya ketika masih hidup pernah beli keramik buat masjid dan kemudian dipakai ibadah maka terus mengalir.
Begitu juga pernah mengajarkan ilmu dan kemudian diamalkan maka terus mengalir ke kuburan
Dan pernah mendidik anak dan anak tersebut menjadi soleh dan terus beribadah dan berdoa kepada orang tuanya maka terus mengalir ke keuburan.
Bekal ketika di padang mahsyar
يحشر الناس يوم القيامة أعرى ما كانوا قط، وأجوع ما كانوا قط، وأعطش ما كانو قط، وأنصب ماكانواقط، فمن كسا لله كساه الله، ومن أطعم لله أطعمه الله، ومن سقى لله سقاه الله
“Manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar pada HariKiamat dalam keadaan setelanjang-telanjangnya, dan selapar-laparnya, dan sedahaga-dahaganya, dan sepenat-penatnya, tidak pernah mereka merasakan serupa itu di mana-mana sebelum itu. Maka barang siapa yang memben pakaian (kepada orang yang memerlukannya) kerana Allah, niscaya Allah akan memberinya pakaian kelak di waktu itu. Barangsiapa yang memberi makan kerana Allah, niscaya Allah akan memberinya makan, dan barang siapa yang memberi minum kerana Allah, niscaya Allah akan memberinya minum pula.”
Bekal pada hari kiamat
أَوْلَى النَّاسِ بِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً
“Orang yang paling dekat denganku di hari kiamat nanti adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku” (HR. Tirmidzi; hasan)
Bekal pada hari hisab
Di kampus biasanya mahasiswa diberikan indikator, kisi-kisi oleh dosennya, agar mahasiswa tersebut bisa lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujiannya nanti. Begitu juga Allah. Melalui lisan Nabi-Nya memberikan kisi-kisi pertanyaan di akhirat agar manusia dapat mempersiapkan diri dari sejak di dunia agar dapat dengan mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di akhirat. Rasulullah Saw memberikan kabar kepada ummatnya bahwa yang pertama kali di hisab kelak pada hari kiamat adalah sholatnya.
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ
"Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah sholatnya. Apabila sholatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila sholatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi.”
Maka perbaiki sholat kita dari sekarang baik yang wajib maupun yang sunnah, karena sholat adalah amalan hamba yang pertama kali di hisab pada yaumil qiyamah.
Komentar
Posting Komentar