84. TANDA ORANG KAFIR

 Tanda orang kafir

لِلْكَافِرِ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ اَلشَّكُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِيْ عِبَادِ اللهِ وَالْغَفْلَةُ عَنْ طَاعَةِ اللهِ تَعَالَى

 “Wahai Ali, orang kafir itu ada tiga tandanya, yaitu ragu tentang Allah, membenci hamba-hamba Allah, dan lengah terhadap melakukan taat kepada Allah.”

Hadits yang menyebutkan tiga tanda seorang kafir ini menyampaikan beberapa ciri utama yang menunjukkan keadaan hati dan sikap seseorang yang jauh dari iman kepada Allah. Mari kita bahas setiap tanda secara rinci:

Ragu terhadap Allah (الشك في الله):

Keraguan terhadap Allah adalah salah satu tanda utama kekafiran. Keyakinan penuh kepada keberadaan Allah, sifat-sifat-Nya, dan kekuasaan-Nya merupakan dasar utama dari iman. Ketika seseorang meragukan keberadaan atau kekuasaan Allah, ini menunjukkan bahwa hatinya tidak dipenuhi dengan keimanan. Keraguan ini bisa mengarah kepada ketidakmampuan untuk menerima wahyu atau ketetapan-Nya, dan seringkali menjadi pintu masuk bagi keraguan lain yang lebih besar dalam hal agama.

Benci terhadap hamba-hamba Allah (البغض في عباد الله):

Kebencian terhadap hamba-hamba Allah, khususnya orang-orang beriman, merupakan tanda lain dari kekafiran. Orang yang beriman seharusnya memiliki cinta kasih terhadap sesama Muslim, karena mereka adalah saudara dalam keimanan. Kebencian terhadap orang-orang beriman mencerminkan adanya penyakit hati, seperti iri hati, sombong, atau kebencian yang tidak berdasar. Ini juga menunjukkan ketidakmampuan untuk menerima keberadaan komunitas yang memegang teguh ajaran agama, yang bisa menjadi indikasi kekafiran.

Lalai dari ketaatan kepada Allah (الغفلة عن طاعة الله):

Lalai dalam ketaatan kepada Allah adalah tanda lainnya. Ketaatan kepada Allah adalah manifestasi dari iman. Orang yang benar-benar beriman akan selalu berusaha untuk taat kepada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketika seseorang lalai atau tidak peduli dengan kewajiban-kewajiban agama, seperti shalat, puasa, dan perintah lainnya, ini menunjukkan bahwa dia tidak menghargai hubungan dengan Allah. Kelalaian ini adalah bentuk keacuhan terhadap agama, yang merupakan salah satu ciri kekafiran.

Hadits ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga iman dan menghindari tanda-tanda yang bisa menjauhkan kita dari keimanan yang benar. Ini juga menjadi peringatan untuk selalu memperkuat hubungan kita dengan Allah dan menjaga hati kita dari keraguan, kebencian yang tidak berdasar, serta kelalaian dalam ibadah.

"وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ"

"Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah".( Al-Baqarah ayat 165)

Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang beriman memiliki cinta yang mendalam dan kuat kepada Allah. Cinta ini melebihi segala bentuk cinta yang lain, termasuk cinta kepada harta, keluarga, atau apa pun yang bersifat duniawi. Seorang mukmin sejati menempatkan Allah sebagai yang paling dicintai di atas segala sesuatu yang ada di dunia ini.

 

} إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ {6} خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةُُوَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمُُ {7}

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. (QS. 2:6)

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS. 2:7)

 

 

Setelah kita beriman bahwa salah satu nama Allah adalah Al-'Azim (Yang Maha Agung), maka akhlak kita terhadap nama tersebut adalah:

(Pertama) Meyakini kebesaran Allah, Asma Allah, ayat-ayat Allah, sifat-sifat Allah, dan semua perintah serta larangan Allah, juga semua hal yang berhubungan dengan Allah. Firman Allah:


اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ 

 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetar hati mereka." Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah yang ketika disebutkan kepada mereka ayat-ayat Allah, hati mereka menjadi takut. Orang-orang beriman takut kepada Allah karena mereka sangat mengagungkan Allah."

Sering kali kita mengucapkan atau mendengar kata-kata yang berhubungan dengan Allah ini tanpa rasa takut, bahkan terkadang dengan meremehkan dan mengejek-ejek.

Disebutkan dalam kitab "Qawa'at al-Islam" karya Ibn Hajar al-Haytami: "Bahwa hati-hati jangan sampai meremehkan atau mengejek kata-kata Allah, Muhammad, dan kata-kata mulia lainnya, karena dikhawatirkan akan keluar dari agama Islam karena yang diremehkan adalah kata yang agung. Kata yang agung seharusnya diagungkan, bukan diremehkan dan diejek."

Dan orang-orang beriman wajib mengagungkan nama-nama mulia tersebut.

Surga bagi orang yang menghormati akan dimasukkan oleh Allah ke dalam surga karena mereka memuliakan.

Melihat ada kata "Bismillah" di jalan lalu diambil karena menghormati, tidak bisa dicampur dengan buku-buku yang berisi nama dan ayat-ayat Allah dengan buku biasa. Tulisan yang berhubungan dengan Allah tidak bisa diletakkan sembarangan atau ditaruh di bawah atau di lantai, karena hal tersebut tidak menghormati atau memuliakan sesuatu yang berhubungan dengan Allah.

Al-Qur'an itu mulia karena mengandung ayat-ayat Allah. Kita menghormati kertas bukan karena kertasnya, tetapi kita menghormatinya karena kertas itu mengandung sesuatu yang berhubungan dengan Allah.

(Kedua) Kita harus menghormati segala sesuatu yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk-Nya, baik itu berupa sesuatu yang baik sifatnya seperti surga, atau yang tidak baik seperti syirik.

Ada beberapa hal yang dimuliakan Allah dalam Al-Qur'an, di antaranya: (1) Surga. Disebut oleh Allah bahwa surga adalah sesuatu yang dimuliakan, sebagaimana firman-Nya:

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۙ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ عَظِيْمٌ

"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar (surga)."

Apabila kita mendengar ayat-ayat yang menjelaskan tentang surga, di dalam hati harus ada keinginan untuk masuk surga, karena surga adalah sesuatu yang dimuliakan.

(2) Sumpah. Firman Allah:

وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ

"Dan sesungguhnya sumpah itu adalah sesuatu yang besar jika kalian mengetahuinya." Janganlah bersumpah jika tidak benar-benar perlu dengan sumpah, karena sumpah adalah sesuatu yang sangat penting. Jangan menganggap remeh sumpah, karena sumpah dengan nama Allah adalah urusan yang sangat serius.

(3) Syirik. Firman Allah:

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِۗ اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.”

Ketika hal-hal yang tidak baik dijelaskan oleh Allah dengan kata "besar," kita harus berhati-hati, seperti syirik, baik itu syirik kecil (khafi) atau syirik yang tersembunyi, atau syirik besar (jaly) atau yang nampak. Contoh syirik kecil seperti beribadah dengan mengharapkan pujian orang lain atau menyekutukan Allah dalam memberikan rezeki dengan sesuatu selain Allah.

(4) Tipu daya perempuan. Firman Allah:

إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ.

"Sesungguhnya tipu daya kalian (para perempuan) itu sangat besar."

Tipu daya perempuan juga disebut oleh Allah sebagai perkara yang besar, karena sangat banyak orang yang sudah terjerat oleh cara-cara tipu daya perempuan.

Berikut adalah terjemahan teks dari bahasa Arab Melayu ke dalam bahasa Indonesia:

Jangan anggap remeh urusan perempuan, baik yang sudah menjadi istri atau belum. Dikatakan bahwa ada sembilan (9) macam sifat perempuan, dan hanya satu yang diberkati, yaitu tipu daya. Sifat perempuan yang sembilan (9) itu adalah:

1.  Suka makan dan minum.

2.  Suka berpakaian mewah atau mahal.

3.  Ketika suami meninggal, dia bersedih dan ketika suami masih hidup, dia menjauh atau liar.

4.  Suka melawan atau menentang suami.

5.  Suka menyebarkan fitnah atau mengadu domba.

6.  Suka mencuri nafkah suami.

7.  Di hadapan suami, suka berpura-pura sakit dan suka bertengkar.

8.  Suka berjalan-jalan yang tidak bermanfaat atau berkeluyuran.

9.  Yang diberkati adalah yang taat (taat), ridha dengan takdir Allah, dan suka tinggal di rumah.

Kesimpulannya, apabila kita sudah beriman dengan nama Allah Yang Maha Agung (al-'Azim), maka (pertama) kita harus meyakini Allah, nama-nama-Nya, kalam-Nya, sifat-sifat-Nya, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah. (Kedua), kita harus mengakui apa yang diakui oleh Allah. Apabila sesuatu itu baik, maka kita lebih memperhatikannya dan apabila tidak baik, kita lebih berusaha untuk menjauhinya. Dan Allah lebih mengetahui yang benar.

  setelah Bersujud 40 Hari


Nabi Daud as bertobat secara terus-menerus dengan cara bersujud kepada Allah selama 40 hari 40 malam tanpa makan dan minum. Diriwayatkan, tobat Nabi Daud ini terkait kesalahannya mencintai istri seorang petani. Allah menerima tobat Nabi Daud pada bulan Muharam , tepatnya 10 Muharam .


Nabi Daud as selain sebagai nabi juga seorang raja. Beliau sempat melakukan kesalahan sehingga Allah SWT langsung menegurnya. Beliau mencintai istri seorang petani dan meminta suaminya menceraikan istrinya itu untuk ia persunting. Dua malaikat menegur Nabi Daud, dan sang Raja Daud pun menyesal. Beliau tobat dengan terus-menerus bersujud kepada Allah selama 40 hari 40 malam tanpa makan dan minum. Saat memerintah negerinya, Nabi Daud didampingi oleh 99 wanita yang resmi menjadi istrinya.


Nabi Daud bermaksud untuk mencukupkan jumlah istrinya menjadi 100. Namun, yang diinginkannya adalah wanita yang sudah bersuamikan seorang petani. Nabi Daud adalah seorang raja kadang keinginannya selalu mesti dituruti. Sang Raja Daud pun meminta agar si petani itu menceraikan istrinya. Kemudian, Nabi Daud as akan memperistrinya. Kelakuan Raja Daud itu sepertinya biasa dilakukan para raja pada waktu itu. Bahkan terjadi dalam adat istiadat pada zaman itu. Akhirnya, terjadilah dialog antara Nabi Daud dengan si petani.


“Mengapa baginda meminta istri saya? Padahal, istri baginda telah berjumlah 99,” ujar si petani. Nabi Daud as menjawab, “Hai Pak Tani, sesungguhnya saya ingin mencukupkan istri-istri saya menjadi 100.” Apa daya, Pak Tani hanyalah seorang rakyat biasa. Menolak keinginan rajanya, tentu tidak berani. Dalam hatinya, ia tidak menerima keinginan Nabi Daud as agar dia menceraikan istrinya dan menyerahkannya kepada sang Raja. Sebenarnya kejadian ini adalah bagian dari rencana Allah Yang Maha Mengetahui. Dia hendak menguji nabi-Nya, Daud as dengan keinginannya hendak memperistri wanita yang berstatus istri orang. Allah SWT mendengar jerit pilu hati si petani yang tidak rela istrinya diambil orang. Karenanya, pada suatu malam, Allah SWT mengutus dua malaikat ke istana Raja Daud as. Dua malaikat itu menyerupai dua lelaki yang datang seolah-olah sedang bersengketa dan mengadukan masalahnya kepada sang raja untuk meminta keputusannya yang adil.


Salah satu dari mereka berkata, “Kami ini dua orang yang berselisih. Saudaraku ini mempunyai 99 ekor biri-biri dan aku hanya mempunyai seekor. la berkata kepadaku, "Berikanlah biri-biri milikmu ini kepadaku, akan kupelihara bersama biri-biriku yang lainnya: Aku tidak mau. Tetapi, ia pintar berbicara sehingga aku dikalahkannya." Mendengar laporan mengenai masalah kedua orang itu maka Raja Daud as berkata, “Hai, sungguh aniaya benar saudaramu ini, karena meminta biri-biri milikmu yang hanya seekor.” Setelah menjatuhkan hukuman kepada orang yang meminta biri-biri itu, Nabi Daud menyadari bahwa yang datang mengadukan perkaranya adalah dua malaikat hendak memberi pelajaran kepadanya atas kesalahannya menginginkan istri si petani yang hanya seorang.


Padahal, ia telah memiliki 99 istri. Demi menyadari kesalahannya itu, Nabi Daud meminta ampun kepada Allah. Nabi Daud bersujud menyungkurkan wajahnya ke bumi. Inilah kehendak Allah Yang Mahatahu, Allah SWT memberi tahu kesalahan Nabi Daud dengan pelajaran yang sangat bijaksana. Muhammad bin Ka'ab Al-Qurizi menyebutkan bahwa sujudnya Nabi Daud adalah 40 hari 40 malam. Ia tidak bangun dari sujudnya selain mengerjakan sAlat wajib atau karena sesuatu hajat sangat penting yang harus dipenuhinya. Baca Juga Kisah Nabi Daud Disindir Ulat Merah, Ini Penyebabnya Muhammad bin Nashr Al-Maruzi dalam kitab Ta'zhimur Qodrish Sholah menyebutkan dalam sujudnya, Nabi Daud menangis hingga air matanya kering dan pedih karena saking takutnya. Kedua lututnya memar (karena lamanya sujud). Sebab, ia takut tidak diampuni kesalahannya.

CERITA NABI YUSUF YANG TERPEDAYA ZULAIKHA

CERITA MUADZIN YANG MASUK NASRANI KARENA WANITA.

لا يؤمن احدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

86 للمرائي

80 Tanda Orang Dermawan

75 Tanda Orang Berakal