83 Tanda Orang Yang Bertaubat

يا علي وللتائب ثلاث علامات: اجتناب الحرام الحرص على طلب العلم لا يعود للذنب كما لا يعود الحليب إلى الضرع.

Orang yang bertaubat mempunyai tiga tanda: Pertama, menjauhi perkara yang diharamkan Allah. Kedua, semangat mencari ilmu. Dan Ketiga, tidak kembali melakukan dosa sebagaimana tidak kembali susu sapi ketempat perahannya

الحرام هو

الحرام هو كل ما نهى الله تعالى عنه في الشرع الإسلامي وحرمه على المسلمين، بحيث لا يجوز لهم فعله. والأفعال المحرمة إذا ارتكبها المسلم تعد مخالفة لأوامر الله، ويستحق عليها الإثم والعقوبة في الدنيا والآخرة. من الأمثلة على الأمور المحرمة: الكذب، السرقة، الزنا، شرب الخمر، وأكل المال الحرام.

لماذا حرام الله

الله تعالى حرم بعض الأمور في الشرع الإسلامي لحكمٍ ومصالحٍ معينة، تتعلق بحفظ الدين والنفس والعقل والنسل والمال.

1.    حفظ الدين: الله حرم الشرك والكفر لضمان الحفاظ على توحيد الله وعبادته بالطريقة الصحيحة.

2.    حفظ النفس: الله حرم القتل والاعتداء على الآخرين للحفاظ على حياة الناس وسلامتهم.

3.    حفظ العقل: الله حرم الخمر والمخدرات للحفاظ على العقل وصحته.

4.    حفظ النسل: الله حرم الزنا والفواحش لضمان النسل الطاهر والمحافظة على الأسرة.

5.    حفظ المال: الله حرم السرقة والغش لضمان حقوق الناس المالية ومنع الظلم.

بهذه الطريقة، تحقيق العدل والسلام والاستقرار في المجتمع، وتأمين مصلحة الفرد والمجتمع.

Manusia adalah makhluk yang tidak pernah terlepas dari pada perbuatan dosa. Tiap hari atau bahkan tiap waktu, kita secara sadar maupun tidak, sering melakukan perbuatan yang sejatinya menimbulkan dosa, baik melalui tindakan maupun lisan.

Meskipun begitu, kita dituntut untuk selalu bertobat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan meminta ampunan serta menyadari bahwa kita merupakan hamba yang lemah dalam menahan diri untuk tidak melakukan dosa dan bermaksiat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ  

 Semua bani Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera bertobat. (HR. Ibnu Majah).  

Hadits tersebut secara tegas menyatakan bahwa merupakan sifat manusiawi bani Adam untuk berbuat kesalahan, namun yang terbaik di antara mereka adalah ketika berbuat salah langsung menyadari kesalahannya dan meminta ampun kepada Allah.

Kita semua harus yakin bahwa Allah merupakan Tuhan yang Maha Pengampun atas segala dosa yang kita perbuat, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa meskipun dosa kita banyak hingga memenuhi langit, niscaya Allah akan mengampuni kita selama mau bertobat kepada-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

  لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَاكُمْ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ عَلَيْكُمْ  

Sekiranya kalian melakukan kesalahan hingga kesalahan kalian mencapai langit dan bumi, kemudian kalian bertaubat, niscaya taubat kalian akan di terima (HR. Ibnu Majah).

Sebagai hamba yang lemah dan tidak dapat menghindari maksiat dan perbuatan dosa, maka kita harus menyegerakan tobat bahkan mulai dari sekarang. Jangan sampai kita bertobat dan meminta ampunan pada Allah di usia tua nanti, dengan anggapan bahwa kita masih muda dan sehat.

Dalam Al-Quran, tobat dan permintaan ampun kepada Allah hanya diterima apabila sebelum datang dua waktu: pertama ketika ajal datang menjemput dan yang kedua ketika hari kiamat tiba.

Allah ta’ala berfirman dalam surat An-Nisa' Ayat 18:

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا  

Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih (QS An-Nisa': 18).

Luqmanul Hakim pernah menasehati anaknya dengan berkata:

  يَابُنَيَّ !لاَ تُؤّخِّرُوْا التَّوْبَةَ ، فَإِنَّ الْمَوْتَ يَأْتِي بَغْتَةً ، وَمَنْ تَرَكَ الْمُبَادَرَةَ إِلَى التَّوْبَةِ بِالتَّسْوِيْفِ كَانَ بَيْنَ خَطَرَيْنِ عَظِيْمَيْنِ : أَحَدُهُمَا ، أَنْ تَتَرَاكَمَ الظُّلْمَةُ عَلَى قَلْبِهِ مِنَ الْمَعَاصِي حَتَّى يَصِيْرَ رَيْنًا وَطَبْعًا فَلاَ يَقْبَلُ الْمَحْوَ . وَالثَّانِي ، أَنْ يُعَاجِلَهُ الْمَرَضُ أَوِ الْمَوْتُ فَلاَ يَجِدَ مُهْلَةً لِلْإِشْتِغَالِ بِالْمَحْوِ

Wahai anakku! Janganlah kamu menunda-nunda taubat, sesungguhnya kematian akan datang secara tiba-tiba. Dan barang siapa yang meninggalkan taubat dengan menunda-nundanya maka ia berada dalam dua bahaya: yang pertama, akan bertumpuk-tumpuk kegelapan dalam hatinya akibat dari perbuatan maksiat, sehingga menjadi kotoran yang mengeras yang tidak dapat dihapus kembali. Kedua: ia akan jatuh sakit atau mati segera, sehingga ia tidak mempunyai waktu untuk bertaubat demi menghapus segala dosa-dosanya”

Perempumaan orang yang menunda-nunda taubat adalah seperti orang yang hendak mencabut pohon yang menggangu dan tidak bisa di cabut kecuali dengan capai dan bersusah payah. Kemudian ia berkata : “akan kucabut pohon ini tahun yang akan datang”. Ia tahu bahwa pohon itu jika masih ada akan bertambah kokoh dan dia sendiri semakin bertambah umur semakin lemah. Maka tidak ada kebodohan yang lebih besar dari kebodohannya, karena ketika ia mempunyai kekuatan, ia malah menunggu mengalahkan yang lemah dan ketika ia sendiri telah menjadi lemah sedangkan yang tadinya lemah menjadi kuat.

Maka dari itu Imam al-Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumuddin mengatakan :

إِنَّ أَكْثَرَ صِيَاحِ أَهْلِ النَّارِ مِنَ التَّسْوِيْفِ

Sesungguhnya teriakan penghuni neraka yang paling banyak terdengar adalah teriakan orang yang suka menunda-nunda bertaubat.

Beliau melanjutkan perkataan:

اعلم أن الموت لا يهجم في وقتٍ مخصوص وحال مخصوص وسنّ مخصوص ولابُدَّ من هجومه، فالاستعداد له أولى من الاستعداد للدنيا

Ketahuilah bahwa kematian tidaklah datang pada waktu tertentu, pada keadaan tertentu atau pada usia tertentu, yang jelas ia pasti datang, maka bersiap-siap untuk menghadapinya adalah lebih utama dari pada bersiap-siap untuk menghadapi dunia.

Maka penyakit dari pada itu menunda nunda taubat adalah penyakit طول الأمل yaitu panjang angan-angan dan mengharap hidupnya masih panjang umur. Sebagai termaktub didalam kita Kitab Risalah al-Mudzakarah Ma'al Ikhwan al-Muhibbin Min Ahlil Khair Wad Din Lil Imam al-Habib Abdullah al-Haddad.

طول الأمل يمنع خير العمل

Panjang angan angan itu bisa menyebabkan kita tercegah daripada melakukan amal yang terbaik yaitu taubat kepada Allah Swt. Sebagaimana disebutkan di dalam kitab ihya Ulmuddin.

 

Ma’rifat kepada Allah

 

Mengetahui Asmaul Husna atau nama-nama Allah

 

Berkata Imam Abu Hamid Al-Ghazali rahimahullah:

Pengenalan kita di dunia merupakan modal kita untuk melihat Allah di surga. Bagaimanapun kita taat kepada Allah, namun jika belum merasakan pengenalan kepada Allah, meskipun kita bisa masuk ke dalam surga, kita tidak akan bisa melihat Allah. Orang-orang yang bisa melihat Allah adalah orang-orang yang telah mengenal Allah di dunia ini.

Berbicara tentang pengenalan kepada Allah, ada beberapa hal yang harus kita pahami atau kenali sebelum kita mengenal Allah. Sebagian ulama yang arif billah menyatakan bahwa untuk mengenal Allah, kita harus terlebih dahulu mengenal Asmaul Husna atau nama-nama Allah. Dengan memahami nama-nama tersebut, nantinya kita bisa naik untuk mengenal Dzat Allah.

Kita wajib meyakini bahwa Allah memiliki nama-nama, namun tidak ada yang tahu persis (dengan sebenar-benarnya) kecuali Allah sendiri. Di antara nama-nama Allah yang sangat mulia itu terbagi kepada:

  • Nama-nama yang hanya diketahui oleh Allah sendiri, yang lainnya tidak diberitahu.
  • Nama-nama yang hanya diketahui oleh Allah dan para nabi-Nya.
  • Nama-nama yang hanya diketahui oleh Allah dan para wali-Nya saja.
  • Ada juga yang diketahui oleh umum.

Di antara nama-nama Allah, ada yang menunjukkan Dzat-Nya seperti: Allah dan Al-Haqq, dan ada yang menunjukkan sifat-Nya seperti: Al-'Alim dan As-Sami', dan ada juga yang menunjukkan perbuatan-Nya seperti: Al-Khaliq dan Al-Musawwir.

Dalam berdoa, apabila kita menyebut "Ya Allah, Ya Haqq" berarti kita menyebut nama-nama yang menunjukkan Dzat-Nya, dan jika kita menyebut "Ya 'Alim, Ya Sami'" berarti kita menyebut nama-nama yang menunjukkan sifat-Nya, atau jika kita memanggil dengan "Ya Khaliq, Ya Musawwir" maka ini adalah nama yang menunjukkan perbuatan-Nya.

Mengapa kita disuruh mengenal nama-nama sebelum mengenal sifat atau Dzat-Nya? Menurut para ulama ahli suluk, sebelum mengenal sifat dan Dzat-Nya, kita harus mengenal dengan benar nama-nama Allah. Dengan mengenal nama-nama Allah dengan baik, kita bisa mengenal Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya.

Dari sekian banyak nama, apabila kita memeliharanya, kita akan masuk surga, yaitu nama-nama Allah yang sembilan puluh sembilan (99) atau Asmaul Husna. Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa yang memeliharanya akan masuk surga."
(Hadits Riwayat Al-Bukhari)

Apa maksud dari 'memelihara' di sini?

Pengertian memelihara ada tiga macam:

1.  Ma'rifah (Pengenalan) atau mengenal nama-nama tersebut. Pengertian ma'rifah di sini tidak hanya sekadar mengetahui saja. Makna mengenal di sini adalah meyakini bahwa sembilan puluh sembilan nama itu adalah nama Tuhan kita dengan disertai dalil dan bukti. Tidak cukup hanya sekadar membaca lewat buku tanpa mengetahui dalil yang kuat, baik dalil akli (akal) maupun dalil naqli (Al-Qur'an dan Hadits). Keyakinan kita bahwa Allah adalah Al-Khaliq (Sang Pencipta) akan lebih mantap ketika akal kita merenungkan keberadaan alam semesta ini bahwa tidak mungkin alam semesta ini terjadi dengan sendirinya tanpa adanya Sang Pencipta. Inilah yang dimaksud dengan ma'rifah.

2.  Ta'zhim (Mengagungkan) atau membesarkan nama-nama tersebut. Ketika kita mengenal satu nama dari nama-nama Tuhan Allah, maka akan tumbuh rasa ta'zhim atau pengagungan. Dari rasa ta'zhim ini akan muncul keinginan untuk berakhlak dengan akhlak Allah.

3.  (Ketiga) "As-Sa'yu bi-Takhalluq bi-Akhlaq al-Asma' al-Husna." Artinya: Berusaha untuk berakhlak dengan akhlak-akhlak Asmaul Husna. Rasulullah bersabda: "Takhallaqu bi-akhlaqillah..." (Hadits). Artinya: Berakhlaklah kalian dengan akhlak-akhlak Allah.

Kita bisa berakhlak dengan akhlak Allah jika kita memahami tujuan dan makna dari nama-nama Allah yang sembilan puluh sembilan tersebut. Jika ketiga macam ini sudah kita laksanakan, berarti kita telah memelihara dan tidak cukup hanya sekadar menghafal satu per satu dari sembilan puluh sembilan nama itu di luar kepala.

Setelah kita yakin bahwa Allah memiliki Asmaul Husna atau nama-nama yang baik dan indah, dan hanya Allah yang mengetahui secara pasti, mari kita membicarakan tentang nama-nama yang sembilan puluh sembilan (99) tersebut satu per satu.

 

 

Tafsir ATTAWWAB Guru Bakhiet

Attawwab artinya yang maha menerima taubat. Maksudnya yaitu dialah Allah Tuha yang mempermudah bagi hambanya sebab untuk bertaubat, dan dia pula yang memberikan taufik kepada mereka untuk menghasilkan taubat dan dia pula yang menerima taubat itu dari mereka serta dia pula yang membalas mereka atas taubat yang mereka lakukan itu, juga Allah pula yang memuji atas mereka yang bertaubat.

Taubat pemuda tersesat; Utbah Ghulam

Tak lama setelah kejadian itu, ia mendatangi majelis ilmu Hasan al Basri. Seorang ulama besar. Pakar pelbagai disiplin ilmu; tafsir, hadis, fiqih, teologi, dan tawasuf. Pada erasnya, Ia  merupakan sosok ulama tersohor.

Saat ia masuk, bertepatan Imam Hasan Basri tengah membaca al-Qur’an Q.S al-Hadid ayat 16, Allah berfirman;

ألم يأن للذين آمنوا أن تخشع قلوبهم لذكر الله

Artinya; Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.

Setelah membaca ayat ini, Imam Basri lantas menjelaskan tentang tafsirnya. Ketika itu penjelsannya sangat memukau. Mengena di hati jamaah. Para peserta majelis pun menangis sesengukan mendengar penjelasan beliau terkait ayat ini.

Lantas berdirilah Utbah Ghulam, dengan suara setengah sengau ia memberanikan diri untuk bertanya, “Wahai Syekh, akankah Allah menerima taubat dari seorang pemuda tersesat dan pelaku maksiat seperti diri ku ini?,” tanyanya.

Lalu Imam Hasan Basri menjawab, “Allah akan mengampuni mu, dan menerima taubat dari kemaksiatan yang kamu lakukan. Pintu taubat Allah terbuka lebar” begitu jelas sang Imam.

Mendengar itu, seketika wajah Utbah pucat. Menggigil badannya. Ia dalam keadaan linglung. Seketika ia jatuh. Pingsan. Tak sadarkan diri.

“Ya Syekh, benarkah akan diterima?,” katanya untuk kedua kali setelah sadar. Seolah tak percaya.

Imam Hasan Basri membacakan syair untuk pemuda ini. Intinya, sang Imam mengatakan Allah akan mengampuni dosanya. Dan melepaskan ia dari siksa neraka, jika ia benar-benar taubat. Tak mengulangi lagi perbuatan dosanya.

Mendengat penjelasan kedua ini, Utbah Ghulam pun pingsan kembali. Dalam riwayat tersebut, sebanyak tiga kali terjatuh dan pingsan.Tiga kali ia tak sadarkan diri.

Begitulah kisah taubatnya sang pemuda tersesat, Utbah Ghulam. Seorang ahli maksiat yang kemudian jadi ulama besar. Seorang spesialisasi dosa, kemudian menjelma menjadi orang yang sangat takut akan dosa.

Dalam kitab Kitab Zuhud wa ar Raqaiq lil Khotib al Bagdadi, termaktub kisah tentang khauf (takutnya) Utbah Ghulam kepada Allah. Berikut kisahnya;

أَخْبَرَنِي سَلَامَةُ بْنُ عُمَرَ النُّصَيْبِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُجَعْفَرٍ أَبُو بَكْرٍ، حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ يُوسُفَ الشِّكْلِيُّ، قَالَ: قَالَ سَعِيدُ بْنُ جَعْفَرٍ الْوَرَّاقُ: قَالَ عَنْبَسَةُ الْخَوَّاصُ: كَانَ عُتْبَةُ الْغُلَامُ يَزُورُنِي، فَبَاتَ عِنْدِي لَيْلَةً فَقُرِّبَ عَشَاؤُهُ، فَلَمْ يَأْكُلْهُ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: ” سَيِّدِي، إِنْ تُعذِّبْنِي فَإِنِّي إِلَيْكَ مُحِبٌّ، وَإِنْ تَرْحَمَنِي فَإِنِّي لَكَ مُحِبٌّ، فَلَمَّا كَانَ فِي آخِرِ اللَّيْلِ شَهِقَ شَهْقَةً، وَجَعَلَ يُحَشْرِجُ كَحَشْرَجَةِ الْمَوْتِ، فَلَمَّا أَفَاقَ “، قُلْتُ لَهُ: يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، مَا كَانَ حَالُكَ مَنُذُ اللَّيلَةِ؟ فَصَرَخَ ثُمَّ قَالَ: ” يَا عَنْبَسَةُ، ذِكْرُ الْعَرْضِ عَلَى اللَّهِ قَطَّعَ أَوْصَالَ الْمُحِبِّينَ ثُمَّ غُشِيَ عَلَيْهِ، ثُمَّ أَفَاقَ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: يَا سَيِّدِي أَنُرَاكَ نُعَذَّبُ عِنْدَكَ

Artinya: Menceritakan kepada ku Salamah bin Umar an Nushaibi, berkata ia, menceritakan kepada kami Ahmad bin Ja’far Abu Bakar, menceritakan kepada kami Abbas bin Yusuf Asy Syakli berkata ia, berkata Sa’id bin Ja’far al Warraq, berkata Anbasah al Khawwas;

Suatu hari mengunjungi ku Utbah Ghulam, maka ia bermalam di rumah ku, ketika datang telah waktu telah sore hari, maka ia sampai makan, maka aku mendengar Utbah berkata;

“Wahai Tuan ku, jika Engkau siksa aku, maka aku tetap mencintai mu, jika Engkau memberikan rahmat kepada ku, aku tetap mencintai mu”, maka tatkala menjelang akhir malam, ia meringik terisak-isak, itu seperti ia ringikan ketika menjelang sakratul maut.

Ketika mentari telah terbit, Anbasah bertanya kepada Utbah Ghulam, “Wahai Abu Abdillah, bagaimana keadaan mu tadi malam? Apa yang engkau lakukan tadi malam?” tanya Anbasah.

Seketika ia menangis, kemudia Utbah berkata; “Wahai Anbasah, zikir menyampaikan kepada Allah, dan memutuskan ia akan hubungan orang yang mencintai”, Kemudian ia pingsan, ketika tersadar aku mendengar ia berkata; “wahai Tuhan ku, aku melihat siksaan mu,”

Demikian kisah taubat pemuda tersesat, Utbah Ghulam.

Diantara doanya : “ya Allah jika engkau telah menerima taubatku, engkau ampuni dosa-dosaku maka muliakan aku dengan faham dan hafal sehingga aku hafal tiap yang aku dengar daripada ilmu dan alqur’an. Wahai tuhanku, muliakanlah aku dengan suara yang lebut, sehingga suapa yang mendengar bacaannku akan luluh hatinya sekalipun ia keras hati,. Wahai tuhanku muliakanlah aku dengan rizki yang halal dari jalan yang tidak disangka-sangka.

Ini adalah doa permintaan kepada Allah oleh seorang hamba yang baru bertaubat dan semuanya dikabulkan oleh Allah swt. Begitu ia mendengar ilmu dan alquran dia langsung hafal, kalua ia menghafal quran suaranya lembut dan setiap hari dirumahnya selalu tersedia makanan sampai ia mati.

Rasulullah bersabda:

"Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah. Orang yang bertaubat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak berdosa."

(Hadis riwayat Imam Ibnu Majah)

Kalua orang yang sudah menjadi kekasih allah maka permintaannya di kabulkan Allah Swt,

 

Nabi ada setelah beliau diturtunkan keduia karena kesalahannya, berpuluh puluh tahun tidak berani menoleh kelangit. Di hikayatkan air mata seluruh manusia jika dikumpulkan maka maka lebih banyak air mata yang pernah tumpah dari nabi daud dan nabi daud jika dikumpulkan masih banyak lagi air mata nabi adam karena penyesalan terhadap dosanya.

Akhirnya selama berpuluh puluh tahun nabi adam menangis, di kasih ilham oleh Allah untuk membaca doa ini :

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya: “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS Al-A'raf, 23)

Setelah nabi ada mengucapkan ini berulang-ulang barulah diterima taubatnya nabi adam.

Orang yang beriman dengan nama Allah ini makai akan selalu bertaubat kepada Allah dan mendawamkannya, Rasulullah bersabda :

Rasulullah saw. bersabda:

"إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي، وَإِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ"

"Sesungguhnya hatiku tidak pernah lalai dari zikir kepada Allah, sesungguhnya Aku beristighfar seratus kali dalam sehari." (HR. Muslim No. 2702)

Menurut ahli tafsir, bahwa Rasulullah itu bertaubatbukan dari dosa karena beliau sudah dijamin ampunan allah, melaikan beliau semata mata menjalankan perintah allah dan ini contoh kepada umatnya untuk selalu bertaubat kepada Allah Swt.

 

Taubat itu terdiri dari tiga perkara :

1.  Ilmu

2.  Keadaan

3.  Amal

 

Maksud ilmu disini ialah mngetahui bahwa satu dosa itu akan mendatangkan murka Allah dan menjauhkan dari surga serta mendekatkan kepada neraka juga membuat sedih Rasulullah serta ibu bapak yang ada dalam kubur dab juga mempersempit rizki serta mendatangkan duka cita.

Setelah kita tahu bahaya dan akibat dosa, dengan memikirkannya maka akan timbul perasaan sedih dalam hati karena pernah melakukan dosa, rasa sedih itu dinanamakan HAL atau KEADAAN yang mendorong untuk melakukan taubat. Dan Tindakan taubat itu yang disebut dengan AMAL.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Terjemahan

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Orang orang yang tidak mau taubat daridosa ia adalah orang dzalim dan Allah tidak suka kepada orang dzalim.

Ulama berkata bahwa Taubat itu lebih sulit daripada meninggalkan dosa. Kita bisa saja meninggalkan minum arak dan zina tapi menyesali dan sakit hati karena pernah melakukan dosa dosa itu sulit bahkan lebih sulit karena itu penyesalan itu adalah taubat.

 

Maka kalau kita beriman kepada nama Allah Attawab maka kita harus selalu bertaubat atas kesalahan kita dan yang kedua selalu memaafkan orang lain yang telah berbuat salah kepada kita.

 

Ada di dalam hadits bahwa dipadang mashsar nanti manusia diseru bangkitlah orang orang punya pahala atas allah. Siapa itu ya Rasulullah? Yaitu orang yang memaafkan manusia. Dan mereka di masukkan surga tanpa di hisab.

 

Di dalam hadits bahwa orang orang di dzalimi dalam dunia mreja beruntung di hari qiyamat, asalkan orang yang dizaliminya itu sabar tidak bebuat yang semena mena dan tidak minta dibalaskan kepada Allah.

 

 

 

 

 

Kisah Tobat Nabi Daud Diterima Allah setelah Bersujud 40 Hari

Nabi Daud as bertobat secara terus-menerus dengan cara bersujud kepada Allah selama 40 hari 40 malam tanpa makan dan minum. Diriwayatkan, tobat Nabi Daud ini terkait kesalahannya mencintai istri seorang petani. Allah menerima tobat Nabi Daud pada bulan Muharam , tepatnya 10 Muharam .

Nabi Daud as selain sebagai nabi juga seorang raja. Beliau sempat melakukan kesalahan sehingga Allah SWT langsung menegurnya. Beliau mencintai istri seorang petani dan meminta suaminya menceraikan istrinya itu untuk ia persunting. Dua malaikat menegur Nabi Daud, dan sang Raja Daud pun menyesal. Beliau tobat dengan terus-menerus bersujud kepada Allah selama 40 hari 40 malam tanpa makan dan minum. Saat memerintah negerinya, Nabi Daud didampingi oleh 99 wanita yang resmi menjadi istrinya.

Nabi Daud bermaksud untuk mencukupkan jumlah istrinya menjadi 100. Namun, yang diinginkannya adalah wanita yang sudah bersuamikan seorang petani. Nabi Daud adalah seorang raja kadang keinginannya selalu mesti dituruti. Sang Raja Daud pun meminta agar si petani itu menceraikan istrinya. Kemudian, Nabi Daud as akan memperistrinya. Kelakuan Raja Daud itu sepertinya biasa dilakukan para raja pada waktu itu. Bahkan terjadi dalam adat istiadat pada zaman itu. Akhirnya, terjadilah dialog antara Nabi Daud dengan si petani.

“Mengapa baginda meminta istri saya? Padahal, istri baginda telah berjumlah 99,” ujar si petani. Nabi Daud as menjawab, “Hai Pak Tani, sesungguhnya saya ingin mencukupkan istri-istri saya menjadi 100.” Apa daya, Pak Tani hanyalah seorang rakyat biasa. Menolak keinginan rajanya, tentu tidak berani. Dalam hatinya, ia tidak menerima keinginan Nabi Daud as agar dia menceraikan istrinya dan menyerahkannya kepada sang Raja. Sebenarnya kejadian ini adalah bagian dari rencana Allah Yang Maha Mengetahui. Dia hendak menguji nabi-Nya, Daud as dengan keinginannya hendak memperistri wanita yang berstatus istri orang. Allah SWT mendengar jerit pilu hati si petani yang tidak rela istrinya diambil orang. Karenanya, pada suatu malam, Allah SWT mengutus dua malaikat ke istana Raja Daud as. Dua malaikat itu menyerupai dua lelaki yang datang seolah-olah sedang bersengketa dan mengadukan masalahnya kepada sang raja untuk meminta keputusannya yang adil.

Salah satu dari mereka berkata, “Kami ini dua orang yang berselisih. Saudaraku ini mempunyai 99 ekor biri-biri dan aku hanya mempunyai seekor. la berkata kepadaku, "Berikanlah biri-biri milikmu ini kepadaku, akan kupelihara bersama biri-biriku yang lainnya: Aku tidak mau. Tetapi, ia pintar berbicara sehingga aku dikalahkannya." Mendengar laporan mengenai masalah kedua orang itu maka Raja Daud as berkata, “Hai, sungguh aniaya benar saudaramu ini, karena meminta biri-biri milikmu yang hanya seekor.” Setelah menjatuhkan hukuman kepada orang yang meminta biri-biri itu, Nabi Daud menyadari bahwa yang datang mengadukan perkaranya adalah dua malaikat hendak memberi pelajaran kepadanya atas kesalahannya menginginkan istri si petani yang hanya seorang.

Padahal, ia telah memiliki 99 istri. Demi menyadari kesalahannya itu, Nabi Daud meminta ampun kepada Allah. Nabi Daud bersujud menyungkurkan wajahnya ke bumi. Inilah kehendak Allah Yang Mahatahu, Allah SWT memberi tahu kesalahan Nabi Daud dengan pelajaran yang sangat bijaksana. Muhammad bin Ka'ab Al-Qurizi menyebutkan bahwa sujudnya Nabi Daud adalah 40 hari 40 malam. Ia tidak bangun dari sujudnya selain mengerjakan sAlat wajib atau karena sesuatu hajat sangat penting yang harus dipenuhinya. Baca Juga Kisah Nabi Daud Disindir Ulat Merah, Ini Penyebabnya Muhammad bin Nashr Al-Maruzi dalam kitab Ta'zhimur Qodrish Sholah menyebutkan dalam sujudnya, Nabi Daud menangis hingga air matanya kering dan pedih karena saking takutnya. Kedua lututnya memar (karena lamanya sujud). Sebab, ia takut tidak diampuni kesalahannya.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

86 للمرائي

80 Tanda Orang Dermawan

75 Tanda Orang Berakal