77 Tanda Ahli Ibadah
وللعابد
ثلاث علامات: يمقت نفسه؛ لأنها دائمًا تأمره فقط بالسوء, ويمقت نفسه دائمًا
ويحاسبها, ويطيل القيام بين يدي الله
Orang yang ahli ibadah mempunyai
tiga tanda: Pertama, benci kepada diri sendiri (karena perbuatan dosa). Kedua,
muhasabah diri (mengoreksi diri sendiri). Dan Ketiga, memperbanyak ibadah
dihadapan Allah.
Keterangan:
Di antara tanda-tanda orang yang
ahli ibadah adalah:
a)
Membenci diri sendiri karena
merasa tidak bisa maksimal dalam beribadah kepada Allah.
b)
Selalu introspeksi terhadap diri
sendiri dan selalu berusaha untuk meniadi yang lebih baik dari sebeIumnya.
c)
Berlama-lama dalam beribadah kepada
Allah karena cinta kepada-NYa.
والذي يظهر: أن العابد هو من بالغ في التنسك والتعبد لله تعالى،
بخلاف العبد، فإنه يطلق غالبًا على من أتى بواجب العبودية دون كمالها، فكل عابد
عبد، وليس كل عبد عابدًا ومن غير الغالب: وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُودَ {ص:17}، ونحوه.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa ada lima unsur di dalam diri manusia yaitu Al-Jismu (jasmani), Ar-Ruh (Rohani) Al-Aql
(Akal), Al-Qolbu dan terakhir adalah Al-Nafsu,
An-Nafsu ini
lah yang membedakan manusia dengan malaikat. Nafsu ini karakternya seperti
binatang suka makan, minum, tidur, berkembang biak atau bintang buas seperti
marah, emosi, memangsa dan lain sebaginya.
Jadi yang
menggoda ibadah kita bukan hanya setan tapi Nafsu. Godaan Nafsu ini lebih
berat, bahkan menurut imam al-ghazali, lebih berat untuk ditaklukkan daripada
70 setan. Sebab, Nafsu itu merupakan sarana yang menyatu dalam diri manusia dan
manusia tak mungkin hidup tanpa nafsu. Jadi, mustahil bisa dihapuskan sama
sekali. Ini berbeda dengan setan, yang bisa di usir dan bisa dikalahkan.
Nafsu manusia menurut
Imam Al-Ghazali akan melalui 3 tahapan. Tahapan yang pertama adalah an-nafs
al-'ammarah. Allah swt berfirman:
إِنَّ
النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ
رَحِيمٌ
“Nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali nafsu
yang diberi rahmat oleh Tuhanku,” (QS Yusuf [12]: 53).
Nafsu ammarah ini adalah nafsu yang masih memerintahkan kepada
keburukan, maksiat, belum bisa dikendalikan dan masih menjadi bala tentara
setan untuk mengarahkan manusia kepada kebinasaan. Karenanya, nafsu ammarah ini
harus diperangi. Namun, memeranginya lebih berat daripada memerangi musuh yang
kasat mata, Rasulullah Saw pernah bersabda sepulangnya dari peperangan:
رجعنا
مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ. قَالُوا: وَمَا
الْجِهَادُ الْأَكْبَرُ؟ قَالَ: مُجَاهَدَةُ الْعَبْدِ هَوَاهُ
“kalian baru saja bali dari
jihad kecil menuju jihad besar.” para shahabat bertanya: “Apakah jihad besar
itu?” Beliau bersabda: Jihadnya seseorang melawan hawa nafsunya. (HR. Al
Baihaqi)
Kalau nafsu sudah mulai bisa di kendalikan namanya Nafsu Lawwamah,
Allah Swt berfirman:
لَا
أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa
yang amat menyesali (nafsunya sendiri), (QS. Al-Qiyamah [75]: 1-2).
Namun nafsu lawwamah ini masih
suka berubah-rubah, kadang taat, kadang maksiat, kadang rajin ibadah, kadang
malas. Kalau sudah stabil dan istiqomah namanya an-nafs al-mutmainnah
atau nafsu yang tenang, nafsu yang jinak, yang sudah bisa dikendalikan. Allah swt berfirman:
يَا
أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً
مَّرْضِيَّة
“Hai nafsu yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
ridha lagi diridhai-Nya,” (QS. al-Fajr [89]: 27-28).
Nafs Muthmainnah ini tenang mengingat Allah, rindu
berjumpa dengan-Nya. Ridha terhadap takdir-Nya dan
ikhlas dalam menjalankan perintah-Nya.
Ibadah puasa ini adalah salah satu bentuk pengendalian nafsu agar
nafsu kita menjadi nafsu yang bisa memberikan manfaat dan menjadi nafsu yang
muthmainnah. Semoga Nafsu kita setelah Ramadhan menjadi Nafsu Mutmainnah. Amin
Ya Rabbal Alamin.
Inti ibadah puasa adalah mengendalikan nafsu yang ada di dalam diri
kita agar menjadi mutmainnah dan agar menjadi nafsu yang memberikan manfaat
yang banyak dengan tujuan untuk mencapai derajat muttaqin, sebagaimana tujuan
Allah mensyariatkan ibadah puasa, sebagaimana firman-Nya :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang
beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa,” QS Al- Baqarah 2:183.
Jadi ibadah puasanya ini adalah salah satu metode atau cara yang
paling ampuh untuk mengendalikan nafsu yang ada didalam diri kita disbanding
ibadah-ibadah lain yang Allah wajibkan
kepada kita.
Jadi. nafsu itu harus dikendalikan, bukan dibunuh atau dihilangkan.
Sebab nafsu adalah fitrah manusia, pemberian dari Sang Maha Pencipta. Karena
nafsu, manusia dapat berkembang, baik berkembang kuantitasnya maupun berkembang
kualitasnya.
Nafsu itu bagaikan api. Kita sangat membutuhkan api. Dalam
kehidupan kita tidak lepas dari peranan api. Untuk memasak, mengolah makanan,
kita membutuhkan api. Rumah kita tidak lepas dari peranan api contohnya besi,
keramik, granit, kaca, genteng diolah dengan menggunakan api.
Api yang bermanfaat, yang dibutuhkan oleh kita adalah api yang
terkendali. Tapi, bila tidak terkendali, maka ia akan membakar apa saja yang
ada di sisinya. Gedung yang kokoh bisa hancur, hutan belantara bisa musnah.
Apapun yang terbakar api yang liar dan tak terkendali bisa memusnahkan apa
saja. Begitu pula dengan nafsu. Nafsu yang terkendali dan dikendalikan akan bermanfaat
dan menyelamatkan bagi hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, nafsu yang tak
terkendali, nafsu yang liar akan membakar dan membinasakan manusia baik di
dunia maupun di akhirat kelak. Maka nafsu harus dikendalikan agar tetap berada
pada jalan yang benar.
Kita sering diajak bahkan mungkin dipaksa oleh
nafsu untuk berbuat maksiat dan munkarat;
berzina, selingkuh, menumpuk- numpuk harta sebanyak- banyaknya meskipun
dengan jalan yang bathil, berbuat curang, berdusta, menceritakan keburukan
orang lain dan perbuatan- perbuatan keji lainnya, demi memperturutkan hawa
nafsu dengan sepuas- puasnya. Bahkan kalau bisa hidup ini tidak
perlu ada aturan yang mengikat, kita bebas merdeka tanpa ikatan apa- apa. Maka hati-hati,
karen ini pernah diingatkan oleh Rasulullah Saw :
ثَلاَثٌ
مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَاِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga sifat yang dapat membinasakan manusia: Kikir yang diikuti,
Hawa nafsu yang dituruti dan membanggakan dirinya sendiri” (HR. Bazzar)
Dan Allah SWT juga menegaskan tentang akibat bagi manusia yang
senantiasa memperturutkan hawa nafsunya.
فَخَلَفَ
مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوٰتِ فَسَوْفَ
يَلْقَوْنَ غَيًّاۙ
Datanglah setelah mereka (generasi) pengganti yang mengabaikan
salat dan mengikuti hawa nafsu. Mereka kelak akan (celaka) tersesat. (QS.
Maryam: 59)
Manusia yang (celaka) tersesat adalah manusia yang senantiasa memperturutkan
nafsu, manusia yang selalu mengukur
kehidupannya dengan nafsu dan seleranya saja, dan tidak mengukurnya dengan
iman.
Maka selama berpuasa ada proses pengendalian nafsu, untuk menaati
aturan-aturan agama, mendidik manusia agar tidak tamak, mengendalikan syahwat,
menjaga seluruh indera dari perbuatan maksiat dan mensucikan hati dari sifat-sifat
buruk.
Karenanya orang-orang yang sudah terbiasa dengan puasa dan benar-benar
menghayati makna yang ada dalam puasa, relatif lebih mampu menahan dan
mengendalikan nafsunya, serta hidupnya insyaa Allah jauh lebih baik
dibandingkan dengan yang lainnya.
#HIKMAH KE 12
ما نَفَعَ القَلْبَ شَئٌ مِثْلُ عُزْلةٍ يَدْخُلُ بِها
مَيْدانَ فِكْرَةٍ
Tidak ada sesuatu yang
lebih baik bagi hati kecuali ulah yang disertai tafakkur
Di dalam diri kita ini ada
yang di namakan qolbu. Qolbu ini bukan hati yang merupakan segumpal darah yang berada di sebelah kiri
dada kita tapi hati atau qolbu ini di nisbatkan kepada Allah yang berada di
dalam diri kita yang dengan hati kita itu dapat mengetahui mana yang baik dan
yang buruk, untuk mengetahui mana yang menuju surga atau menuju neraka.
Jika hati baik maka semua
anggota tubuh menjadi baik, jika ia jelek maka semuanya akan menjadi jelek.
Hati yang rusak adalah
hati yang sering lupa kepada Allah swt.
Hati yang rusak ini mesti
di obat agar selalu ingat kepada Allah swt dan Rasul-Nya dan selalu memikirkan
hari akhirat.
Obat yang paling mujarab
untuk mengobati hati itu adalah dengan uzlah yang di iringi dengan tafakur.
لا خير في عزلة غير تفكر بها
Uzlah tanpa tafakur akan
sia sia, begitu juga tafakur di tengah tengah manusia maka tafakkur yang di
dapatkannya tidak akan murni.
ابن عجيبة:
وقال ابن عجيبة شارحا قول ابن عطاء الله رحمهما الله تعالى:
ما نفع القلب شيء مثل عزلة يدخل بها ميدان فكرة:
(والعزلة انفراد القلب بالله. وقد يراد بها الخلوة التي هي انفراد القالب عن
الناس، وهو المراد هنا، إذ لا ينفرد القلب بالله إلا إذا انفرد القالب. والفكرة
سير القلب إلى حضرة الرب، وهي على قسمين: فكرة تصديق وإيمان، وفكرة شهود وعيان. ول
شيء أنفع للقلب من عزلة مصحوبة بفكرة، لأن العزلة كالحمية، والفكرة كالدواء، فل
ينفع الدواء بغير حمية، ولا فائدة في الحمية من غير دواء، فلا خير في عزلة لا فكرة
فيها ولا نهوض بفكرة لا عزلة معها، إذ المقصود من العزلة هو تفريغ القلب، والمقصود
من التفرغ هو جولان القلب واشتغال الفكرة، والمقصود من اشتغال الفكرة تحصيل العلم
وتمكنه من القلب، وتمكن العلم بالله من القلب هو دواؤه وغاية صحته، وهو الذي سماه
الله القلب السليم، قال الله تعالى في شأن القيامة: {يَوْمَ لا يَنْفَعُ مالٌ ول
بَنُونَ (٨٨) إِلّا مَنْ أَتَى الله بِقَلْبٍ سَلِيمٍ} [الشعراء: ٨٨ - ٨٩].
ما نَفَعَ القَلْبَ شَئٌ مِثْلُ عُزْلةٍ يَدْخُلُ بِها
مَيْدانَ فِكْرَةٍ
الشرح:
أهل السلوك إلى الله عز وجل يرون أن الإنسان في حياته يحتاج
إلى مرحلة يكون فيها خالياً ومعتزلاً تكون علائقه مع الناس قليلة، ويكون متوجهاً
بقلبه كله إلى الله عز وجل، فيرون أن من أركان السير إلى الله عز وجل : -
1- العزلة .
2- الصمت .
3- السهر .
4- الجوع .
5- الأوراد .
والعزلة من أركان السير إلى الله عز وجل يعني أن تخفف
علائقك مع الخلق بأقصى قدر ممكن، فانقطاع العلاقة غير ممكن، فلا بد للإنسان في أي
صورة من الصور أن تكون له نوع علاقة مع الخلق ولكن أن تخفف علائقك إلى أقصى حد
ممكن، فذلك يعتبرونه جزءاً من السير إلى الله .
والأصلان اللذان يستند إليهما أهل السلوك هما خلوة الرسول
صلى الله عليه وسلم في غار حراء.
والثاني : الاعتكاف الذي هو سنة من سنن رسول الله صلى الله
عليه وسلم.
وقد قال تعالى: (واذكر اسم ربك وتبتل إليه تبتيلا). أي
وانقطع انقطاعاً.
لإمام الصادق (عليه السلام): تفكر ساعة خير من عبادة سنة *
(إنما يتذكر أولوا الألباب) *
(3).
- رسول الله (صلى الله عليه وآله): فكرة ساعة خير من عبادة سنة (4).
- الإمام علي (عليه السلام): فكر ساعة قصيرة خير من عبادة طويلة (5).
- الإمام الصادق (عليه السلام) - لما سأله الحسن الصيقل: تفكر ساعة خير من قيام
ليلة؟ -:
نعم، قال رسول الله (صلى الله عليه وآله): تفكر ساعة خير من
قيام ليلة، قلت: كيف يتفكر؟ قال: يمر بالدور الخربة فيقول: أين بانوك؟ أين ساكنوك؟
مالك لا تتكلمين؟ (6).
Tafakur sesaat lebih baik
dari pada ibadah satu tahun lamanya yang tidak ada tafakkur di dalamnya.
Jika kita ibadah dengan
tafakkur lebih mulia di sisi Allah seharga ibadah kita setahun yang tidak ada
tafakur di dalamnya.
Karena dengan tafakur itu
maka seorang hamba akan
1. Mengenali hakikat
sesuatu
2. Mengagungkan Allah
3. Mengamalkan sesuatu
yang membuat Allah ridho.
Apa yang kita tafakuri?
Yang pertama adalah kita
tafakkuri adalah mengenai diri kita karena
من عرف نفسه فقد عرف ربه
Pertanyaaan pertama adalah
لماذا خلقت؟
Kenapa kita ini di
ciptakan oleh Allah swt.
Dulunya tidak ada sekarang
ada, di ciptakan oleh Allah.
Sebagian orang beranggapan
bahwa dia diciptakan untuk mengumpulkan harta.
Baik dia mengakui atau dia
mengingkari tapi sebagian besar waktunya di habiskan waktunya untuk
mengumpulkan duit dan harta benda. Dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore mayoritas
waktunya untuk cari duit sehingga malam kecapaian sehingga tidak bisa ibadah
lagi di malam hari dan besok pagi seperti itu lagi. Maka orang semacam ini
secara isyarat bahwa "bahwa aku diciptakan untuk mencari duit"
walaupun di mulutnya tidak terucap kata kata seperti ini tapi perbuatannya
menunjukkan hal demikian.
Porsi akhirat kecil.
Nah ini yang harus kita
tafakuri,walaupun akhirat ada tapi porsinya kecil. Maka tafakur ini menjadi
besar pahalanya di sisi Allah Swt.
Ibrahim bin adam seorang
bangsawan yang hobinya berburu kemudian ada suara terdengar tanpa sosok (هاتف) yang akhirnya
ia uzlah kehutan untuk menyesali perbuatannya.
و ما خلقت الجن و الانس الا ليعبدون
Maka kita ini di cipta
untuk mengabdi kepada Allah swt. Dan ini bisa di gali dengan tafakkur.
Nah berhubung ibadah ini
ada yang memerlukan sarana sarana, ada yang memerlukan dana dana, maka di
carilah sarana, dicarilah duit, dicarilah makanan, dicarilah pakaian, di
carilah tempat tinggal dan kendaraan, supaya apa? Supaya bisa nyaman, dan terus
beribadah kepada Allah swt.
Jadi mencari duit itu
tujuannya adalah untuk beribadah kepada Allah, jangan di balik, mencari duit
akhirnya lupa ibadah kepada Allah swt.
Jadi tugas kita cuma satu,
yaitu ibadah kepada Allah. Dan Allah menjamin dalam ayat alquran bahwa Allah
akan menjamin bahwa Allah akan memberikan rizki dan kecukupan bagi mereka yang
ingin beribadah kepada Allah swt.
Menyendiri atau uzlah itu
wasilah, membantu untuk tafakkur.
Ini bagi yang tidak punya
guru tapi jika punya guru maka bergaul dengan guru dan teman teman seperguruan
itu lebih baik daripada uzlah..
مخالفة الشيخ و الإخوان خيرا له من العزلة
للخلوة عشر فوائد:
١ - السلامة من آفات اللسان، فإنّ من كان وحده لا يجد معه من
يتكلم، ول يسلم في الغالب من آفاته إلا من آثر الخلوة على الاجتماع.
٢ - السلامة من آفات النظر، فإنّ من كان معتزلا عن الناس سلم من
النظر إلى ما هم منكبّون عليه من زهرة الدنيا وزخرفها، قال بعضهم:
من كثرت لحظاته دامت حسراته
٣ - حفظ القلب وصونه عن الرياء والمداهنة وغيرهما من الأمراض.
٤ - حصول الزهد في الدنيا والقناعة منها، وفي ذلك شرف العبد
وكماله.
٥ - السلامة من صحبة الأشرار ومخالطة الأرذال، وفي مخالطتهم
فساد عظيم.
٦ - التفرغ للعبادة والذكر، والعزم على التقوى والبر.
٧ - وجدان حلاوة الطاعات، وتمكن لذيذ المناجاة بفراغ سره، قال
أبو طالب المكي في القوت : (ولا يكون المريد صادقا حتى يجد
في الخلوة من الحلاوة والنشاط والقوة ما لا يجده في العلانية).
٨ - راحة القلب والبدن، فإن في مخالطة الناس ما يوجب تعب القلب.
٩ - صيانة نفسه ودينه من التعرض للشرور والخصومات التي توجبها
الخلطة.
١٠ - التمكن من عبادة التفكر والاعتبار، وهو المقصود الأعظم من
الخلوة)
فالصالحون: هم الذين يقومون بحقوق الله،
بأداء فرائضه، وترك محارمه، وأداء حق العباد، كأداء الأمانة، والنصح لهم، وعدم غشهم،
ومن بذل السلام، ورد السلام، وأداء الأمانات،
الصالح؛ هو القائم بحقوق الله وبحوق عباده
Orang sholih; adalah orang
yang dapat memenuhi (bertanggung jawab) atas ketentuan-ketentuan (hak-hak)
Allah dan hak-hak para hamba-Nya.”
Komentar
Posting Komentar